La Nada: Transisi dari El Nino ke La Nina, Apa Efeknya?

Restu Wahyuning Asih
Kamis, 13 Juni 2024 | 09:22 WIB
Ilustrasi La Nina dan El Nino. Dok Istimewa
Ilustrasi La Nina dan El Nino. Dok Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa El Nino akan mulai berganti dengan La Nina.

Pergantian El Nino menuju La Nina ini diperkirakan terjadi pada Juni hingga Juli, yang menyebabkan sejumlah peristiwa.

Dengan adanya La Nina ini, maka beberapa wilayah di Indonesia akan mulai mengalami musim hujan. Bahkan ada daerah yang diprediksi akan mengalami badai.

Perubahan iklim dari El Nino ke La Nina ini disebut juga sebagai La Nada. Dilansir dari Portage Online, La Nada merupakan masa transisi antara El Nino dengan La Nina.

Apa itu La Nada?

Ahli Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, Senior Klimatologi asal Kanada bernama David Phillips menjelaskan konsep La Nada.

Waktu perubahan dari El Nino menjadi La Nina itu disebut sebagai masa kekosongan atau iklim netral.

“El Niño telah mati sejak sekitar bulan Februari. Kita sekarang berada dalam transisi itu, tahap netral yang oleh sebagian orang disebut 'La Nada', yang bukan apa-apa,” katanya.

Phillips menjelaskan bahwa peralihan ke La Niña biasanya terjadi pada musim dingin, namun efek El Niño atau La Niña cenderung hanya sedikit dirasakan pada bulan-bulan musim panas.

Sehingga hal ini menyebabkan beberapa daerah mengalami "ketenangan" karena belum mengalami hujan, namun juga cuaca tak lagi panas.

“El Niño terjadi sangat awal sehingga kami memperkirakan hal ini mungkin mempengaruhi musim panas yang hangat tahun lalu. Tentu saja hal ini mempengaruhi musim dingin, namun La Niña belum terjadi. Kemungkinan besar hal ini akan terus terjadi. Suhu air di Pasifik bersifat netral. Perairan telah bertransisi dari perairan hangat, dan tampaknya, perairan tersebut menuju ke perairan yang lebih dingin. Perairan yang lebih dalam juga lebih dingin, yang merupakan tanda lain bahwa La Niña akan terjadi," jelas Phillips, dikutip dari pembinavalleyonline, Kamis (13/6/2024).

Phillips menegaskan kembali bahwa La Niña yang akan datang, yang dikaitkan dengan lebih banyak salju dan suhu yang lebih dingin.

Ia pun menyarankan masyarakat untuk mewaspadai potensi dampaknya terhadap pola cuaca.

Ahli Klimatologi tersebut juga menjabarkan bahwa La Nina tidak selalu menyuguhkan musim dingin yang lebih dingin.

Pada 20-30 tahun terakhir, terkadang La Niña hampir seperti El Niño ringan. Sehingga musim dingin yang akan datang akan cenderung lebih hangat.

Kapan La Nina Datang?

Dikutip dari situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) atau Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, La Nina diprediksi akan terjadi pada awal Juni-Agustus 2024 dengan peluang sebesar 49% atau Juli-September 2024 dengan peluang sebesar 69%.

World Meteorological Organization (WMO) atau Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan La Nina diprediksi terjadi bulan Juli-September 2024 dengan peluang sekitar 60% sedangkan El Nino-Southern Oscillation (ENSO) netral diprediksi peluang terjadinya sekitar 40%.

Selain itu, La Nina juga diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus-Oktober dan September-November 2024 dengan peluang sebesar 70% sedangkan kemungkinan terjadinya ENSO netral sekitar 30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper