Bisnis.com, SINGAPURA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) bertarung dengan pemain teknologi global di Johor Bahru, Malaysia, untuk memperebutkan limpahan pasar data center Singapura. setelah negera tersebut memutuskan menekan pembangunan infrastruktur penyimpanan data pada 2018.
Laporan Statista memperkirakan pendapatan bisnis data center di Singapura pada 2024 mencapai US$1,06 miliar. Pasar data center Singapura akan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2024-2028) sebesar 6,82%, menghasilkan volume pasar sebesar US$1,38 miliar pada 2028.
Adapun Pemerintah Singapura membatasi pembangunan data center karena isu lahan dan energi. Data center menyerap cukup banyak pasokan listrik. Telkom melalui anak usahanya PT Telkom Data Ekosistem (TDE) atau NeutraDC berusaha menangkap peluang ini dengan membangun pusat data di Batam.
CEO NeutraDC, Andreuw Thonilus Albert mengatakan pembatasan pembangunan data center di Singapura akan mendorong pemain-pemain raksasa teknologi menempatkan pusat data mereka di daerah terdekat dengan pasar potensial di Asia Tenggara, yaitu Indonesia.
Berdasarkan perhitungan Telkom, pemain teknologi raksasa akan merapat ke Indonesia (Batam) atau ke Malaysia (Johor Bahru). Telkom menyiapkan infrastruktur data center yang mumpuni di Batam untuk menangkap peluang tersebut.
"Jadi kami memang sudah menyediakan Batam spesifik untuk fight dengan tempat yang ada di Johor," kata Andreuw kepada Bisnis, Jumat (7/6/2024).
Untuk diketahui, pada Desember 2022 Telkom membangun Hyperscale Data Center (HDC) atau Data Center berskala besar di Batam. Data center tersebut akan berdiri di atas lahan seluas 8 Ha dengan total 3 Campus berstandar world class data center dengan total kapasitas IT load 51MW.
HDC Batam akan menggunakan energi yang terbarukan (renewable energy), ramah lingkungan dan mengadopsi system multi-tier. Pada fase awal pembangunan akan dimulai dengan IT load sekitar 20 MW dan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan.
HDC Batam akan menyediakan layanan yang dinamis dengan sistem modular yang dilengkapi dengan Building Management System, sehingga memungkinkan pelanggan untuk memilih berbagai layanan dengan variasi tier yang sesuai dengan kebutuhan bisnis.
Andreuw menambahkan Johor dan Batam bersaing cukup ketat untuk menarik pelanggan. Pemerintah Johor memberikan insentif pajak, hingga subsidi terkait listrik yang membuat ongkos data center lebih murah.
Namun demikian, Andreuw optimistis data center di Batam lebih menarik terlebih dengan ketersediaan renewable energy yang melimpah. Dari sisi konektivitas ke Batam jauh lebih banyak daripada ke Johor, yang membuat layanan di Batam lebih cepat dan andal.
“Kami bermitra dengan Medco Energi, mereka menyediakan sekitar 3 Gigawatt. Secara renewable ini menjadi value proposisi kita yang mana di Johor saya belum tahu seperti apa. Tetapi renewable energy ini nmejjadi salah satu isu. Selain itu juga isu power," kata Andreuw.
Andreuw mengatakan saat ini negara-negara di dunia tengah fokus dalam pemanfaatan renewable energy. Semuanya sudah punya peta jalan mengenai itu. Andreuw juga mengatakan bahwa perusahaan global lebih mengapresiasi data center dengan renewable energy, dibandingkan dengan yang energi biasa.
"Khususnya pelanggan -pelanggan yang besar, karena bagi para penyewa itu sendiri, itu sudah menjadi target mereka," kata Andreuw.
Dia mengatakan rencananya untuk HDC di Batam beroperasi pada kuartal 2/2025. Telkom memberi sedikit waktu tambahan sebelum beroperasi untuk menjaga kualitas layanan.
Telkom tengah fokus mengembangkan bisnis data center, baik data center yang telah ada (existing) atau pun mengeksplorasi data center baru. Telkom menyiapkan belanja modal hingga Rp6 triliun pada 2023 untuk meningkatkan kapasitas data center hingga 9 kali lipat.
“Saat ini utilisasi data center kami telah 70%. Kami menargetkan hingga 2030 ada 500 megawatt tambahan dan dalam 2 tahun ke depan (2026) kami targetkan peningkatan kapasitas sehingga dua kali lipat, hingga 180,” kata Andreuw.
Raksasa Johor
Sementara itu, pada 2023, perusahaan pusat data yang berfokus di Asia Pasifik, Princeton Digital Group (PDG), telah mulai membangun fasilitas baru di Johor, Malaysia.
Perusahaan telah mulai mengerjakan tahap pertama kampus JH1 di Sedenak Tech Park (STeP), Johor, setelah menyelesaikan fondasinya pada awal Desember 2023..
“Hari ini menandai tonggak penting bagi PDG karena kami memulai pembangunan superstruktur pusat data greenfield andalan kami di Johor, Malaysia,” kata Asher Ling, CTO dan direktur pelaksana PDG, Singapura, dikutip dari Datacenter Dynamic.
PDG mengeklaim JH1 sebaga salah satu kampus pusat data terbesar di kawasan Asia Tenggara dan dirancang untuk efisiensi energi dengan skalabilitas guna melayani kebutuhan kolokasi para hyperscaler dan perusahaan.
Pada bulan Mei 2023, PDG mengumumkan telah mengakuisisi lahan seluas 31 hektar dari JLand Group (JLG) untuk mengembangkan kampus 150MW di Sedenak Tech Park (SteP). Perusahaan akan menginvestasikan sekitar $450 juta dalam proyek tersebut.
PDG juga telah menandatangani Perjanjian Pasokan Listrik (ESA) dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB) untuk memberi daya pada kampus JH1 mulai paruh pertama tahun 2024.
Dilansir dari CNA, pemain pusat data besar di Johor tidak hanya PDG melainkan juga Nvidia, AirTrunk, GDS International dan YTL Power, Raksasa teknologi Microsoft dilaporkan telah membeli tanah di Kulai untuk membuka pusat data.
Menurut situs sumber daya Baxtel, Johor memiliki 13 fasilitas pusat data di lahan seluas lebih dari 1,65 juta kaki persegi. Negara bagian ini juga menduduki peringkat sebagai pasar pusat data terbesar di Malaysia dan terbesar kesembilan di Asia Pasifik. Baxtel menambahkan, empat pusat data lainnya sedang dibangun di Johor.