Kemenkominfo Dorong Startup Hijau, Diklaim Solusi Hadapi Krisis Iklim

Rika Anggraeni
Rabu, 3 April 2024 | 08:39 WIB
Ilustrasi/Istimewa
Ilustrasi/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menilai perusahaan rintisan yang berfokus pada keberlanjutan alias startup hijau memiliki banyak potensi, khususnya untuk menghadapi krisis lingkungan yang menjadi isu global.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menuturkan bahwa pertumbuhan digital harus memikirkan keberlanjutan lingkungan. Hadirnya startup hijau diyakini dapat menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut.

“Teknologi yang bisa mengatasi masalah-masalah lingkungan ke depan dan energi itu terus kami coba kembangkan,” kata Nezar saat ditemui di Jakarta, Selasa (2/4/2024).

Menurutnya, startup hijau yang menjamur saat ini memiliki inisiatif untuk mengatasi persoalan lingkungan dalam pengembangan teknologi dan transformasi digital.

Meski tak mengungkap jumlah pasti pemain, Nezar mengklaim pemain startup hijau sudah cukup banyak di Indoensia. Dia pun berharap kehadiran startup hijau ini bisa mengurangi jejak emisi karbon.

Namun, Nezar tak menampik bahwa industri startup hijau dihadapi dua tantangan.

Pertama, bagaimana dia bisa menjadi mainstreaming di tengah pengembangan startup yang muncul sekarang ini. Kedua, bagaimana keberlanjutan startup,” ujarnya.

Nezar menambahkan bahwa saat ini para investor selalu memasukkan faktor keberlanjuta lingkungan dalam memberikan dana untuk startup. “Ini sudah menjadi komitmen global, kita tahu ada green economy, green technology, ini semua berada di satu ekositem,” tutupnya.

Kemenkominfo berkomitmen untuk mendorong jumlah perusahaan rintisan yang berfokus pada berkelanjutan atau green startup dengan menggandeng Kedutaan Besar Inggris.

Nezar Patria menuturkan bahwa pemerintah Indonesia dan Kedutaan Besar Inggris terus berkolaborasi untuk mendukung pertumbuhan startup di Indonesia, salah satunya dengan program upskilling.

“Kami juga ingin ada transfer teknologi, transfer pengetahuan tentang startup, terutama green startup. Start up-start up yang peduli dengan isu lingkungan, terutama climate crisis,” kata Nezar.

Hal itu juga sejalan dengan data Statista (2023) yang menunjukkan pasar teknologi ramah lingkungan dan keberlanjutan global (green technology and sustainability) diproyeksi akan mencapai US$62 miliar pada 2030 dan total investasi transisi energi global berjumlah US$1,78 triliun pada 2023. 

Untuk itu, dia berharap kerja sama ini dapat memberikan pertumbuhan terhadap pemain startup.

“Kalau target sebanyak-banyaknya. Untuk sementara kita yang sudah berjalan, misalnya hampir ada 190-an startup yang berbasis AI, salah satunya kita coba hubungkan dengan program,” ungkapnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper