Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha di Indonesia harus mulai mempersiapkan diri untuk mengadopsi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang diyakini bakal membawa sejumlah keuntungan sekaligus risiko.
Dewasa ini, ekonomi yang berbasis AI merupakan hal yang esensial bagi pelaku usaha di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Laju perkembangan teknologi AI menggambarkan perubahan besar pada lanskap ekonomi global. Kemunculan awal teknologi ini dimulai dari large language model (LLM) dan AI generatif yang membantu membuat konten, seperti ChatGPT dan Bard, pada penghujung 2022.
Kehadiran kedua model AI ini membuka peluang-peluang baru dengan membuat instrumen canggih ini tersedia bagi khalayak yang jauh lebih luas. AI tidak hanya dapat berperan besar dalam peningkatan efisiensi, namun juga meningkatkan inovasi dan pertumbuhan bisnis.
Fleksibilitas AI memberikan peluang untuk beragam penerapan dalam berbagai bidang. Beberapa contohnya, pada sektor layanan kesehatan, AI digunakan untuk memprediksi status pasien, penyesuaian rencana pemeliharaan mesin, serta menyederhanakan pekerjaan administratif.
Penggunaan AI pada sektor finansial akan mengubah metode asesmen risiko, pendeteksian fraud, serta mengubah cara pelayanan nasabah. Di sektor manufaktur, AI dapat berkontribusi dalam memprediksi perangkat manufaktur, manajemen supply chain, dan pengecekan kualitas.
Tentu saja, perubahan ini tidak sekadar langkah mengadopsi teknologi terbaru, namun juga melibatkan asesmen ulang yang fundamental tentang bagaimana perusahaan-perusahaan menjalankan bisnisnya, berinovasi, dan memberi nilai tambah bagi para klien.
Secara umum, perubahan yang terjadi akibat kehadiran teknologi AI ini layaknya dua mata pisau—peluang sekaligus tantangan—yang harus dipahami para pelaku usaha saat mulai mengeksplorasi AI.
Laporan Chief Economist Outlook 2024Chief Economist Outlook 2024, yang diterbitkan oleh New Economy and Society pada World Economic Forum 2023, menggarisbawahi peran AI generatif sebagai evolusi teknologi yang memiliki pengaruh signifikan.
Pada saat yang bersamaan, hal ini juga menyuguhkan tantangan struktural baru bagi para pelaku bisnis dan pembuat kebijakan yang telah menganggap bahwa AI generatif adalah teknologi utama.
Dalam laporan tersebut, 42% dari koresponden mengantisipasi bahwa teknologi ini akan mendisrupsi aspek komersial. Sementara itu, sebuah studi oleh Kearney dan EBDIKearney dan EBDI juga menyoroti potensi kontribusi masif dari AI terhadap ekonomi di Indonesia, memprediksi peningkatan sebesar US$366 miliar pada pertumbuhan domestik bruto (PDB) dalam sepuluh tahun ke depan.
Pertumbuhan ini merupakan bagian dari tren yang lebih luas di Asia Tenggara, dengan perkiraan penambahan hingga hampir US$1 triliun dolar pada PDB Kawasan itu. Hal ini menunjukkan betapa signifikannya pengaruh dari perkembangan AI tersebut.
Ke depan, kompetisi dalam penggunaan teknologi AI tidak hanya menjadi permainan raksasa teknologi, tetapi juga melibatkan pelaku bisnis dari berbagai sektor dari beragam skala.
Semua pelaku bisnis akan berusaha untuk memanfaatkan potensi luar biasa AI untuk mengakselerasi efisiensi operasional, membuat inovasi atas layanan yang ditawarkan, dan bahkan mengembangkan model bisnis yang baru.
Namun, memulai perjalanan adopsi AI bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan pemahaman yang kuat tentang kapasitas AI, serta strategi yang tepat untuk mengimplementasikannya dengan sukses.
Langkah pertama yang penting bagi pelaku usaha adalah membangun pemahaman dasar tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh AI. Pelaku usaha harus memahami berbagai bagian dari AI, seperti machine learning, deep learning, dan natural language processing, serta kemampuan dan batasan penggunaan AI.
Dengan pemahaman yang kuat tentang teknologi ini, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang bagaimana mengimplementasikan AI dalam operasionalnya.
Selanjutnya, pelaku bisnis harus fokus pada peningkatan kapabilitas tim, agar memiliki keterampilan yang diperlukan dalam mengimplementasikan AI. Keterampilan tersebut mencakup pemahaman tentang data science, pemrograman, dan analisis data. Diperlukan pelatihan yang memadai agar sumber daya manusia di perusahaan siap untuk menghadapi tantangan yang terkait dengan adopsi AI.
Kemudian, penting juga bagi pelaku usaha untuk memiliki perancangan strategi AI yang koheren. Strategi ini harus sejalan dengan tujuan perusahaan dan mempertimbangkan faktor-faktor etis. Tentukan area-area di mana AI dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, dan buatlah rencana untuk mengimplementasikannya dengan sukses.
Bekerja sama dengan penyedia teknologi AI yang tepat dan membentuk kemitraan strategis dapat mempercepat pengadopsian AI dan mengatasi tantangan awal dari perubahan ini. Sebagaimana telah dipaparkan, risiko yang besar ketika mengadopsi AI juga mengintai. Risiko tersebut meliputi masalah etika, kekhawatiran akan privasi data, dan asumsi bahwa pekerjaan manusia akan tergantikan.
Perusahaan juga harus secara aktif mengelola perubahan pada lanskap ketenagakerjaan, dengan memberikan pelatihan dan peningkatan kemampuan para karyawan untuk mampu beradaptasi pada masa depan yang berbasis AI.
Untuk mengatasi masalah ini, penyedia layanan AI seperti IBM menciptakan struktur tata kelola AI yang menekankan pada etika, transparansi, dan akuntabilitas. Tak hanya itu, implementasi praktik perlindungan data yang kuat dan melindungi sistem AI dari ancaman siber adalah hal yang tidak kalah pentingnya.
Sebagai contoh, hybrid cloud dari IBM mengakomodasi skalabilitas beban kerja AI dengan mudah, membuat pelaku usaha dapat dengan cepat untuk meningkatkan atau mengurangi beban kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Hybrid cloud tersebut juga memberikan sistem yang aman bagi pengaplikasian AI, dengan fitur keamanan dan kemampuan untuk integrasi dengan perangkat keamanan dan jaringan yang sudah digunakan sebelumnya, membuat data perusahaan tetaplah terjaga.
Perjalanan menuju Ekonomi AI penuh dengan peluang dan tantangan yang tak terhindarkan. Dengan berhati-hati dan memperhitungkan setiap langkah, pelaku usaha dapat berperan aktif dalam revolusi AI, sambil memastikan bahwa kemajuan teknologi senantiasa selaras dengan kebutuhan dan nilai-nilai etis yang dianut masyarakat.