Bisnis.com, JAKARTA - Laman kelompok peretas LockBit kembali muncul, setelah pemerintah Inggris dan Amerika Serikat sempat menangkap, menyita, bahkan menangguhkan sistemnya.
Dikutip dari Hackread, pemimpin LockBit yang identitasnya masih belum diketahui pihak berwenang, mengakui kelalaiannya dalam membiarkan Biro Investigasi Federal (FBI) dan Badan Kejahatan Nasional Inggris mengendalikan servernya melalui serangan PHP.
Namun, dalam keterangannya, pemimpin LockBit juga mengancam akan tetap melanjutkan operasinya, adanya penyitaan data oleh pemerintah juga tidak akan mempengaruhi kegiatannya.
Bahkan, di laman baru tersebut, LockBit langsung mengiklankan sejumlah data yang diduga merupakan data hasil peretasan. Sebagai informasi, salah satu data yang disita oleh pemerintah adalah server yang menyimpan data curian, alamat mata uang kripto, hingga kunci deskripsi.
Selain itu, LockBit juga mengeluarkan pernyataan yang menjelaskan bagaimana situs sebelumnya diretas oleh Badan Kejahatan Nasional Inggris, FBI, Europol, dan lembaga kepolisian lainnya.
Territory Manager Kaspersky Indonesia Dony Koesmandarin mengatakan, masa pemulihan LockBit yang sangat cepat ini disebabkan oleh organisasi yang memang sudah terlalu besar.
Dony mengatakan, ketika ada satu atau dua orang peretas yang tertangkap, sisa peretas yang masih bebas pun langsung membentuk sistem baru sekaligus mempelajari ritme pemerintah dalam mengejar kelompok tersebut.
“Karena organisasi sudah besar mungkin yang 3-4 orang ditangkap nih, 3-4 orang belum sisanya bikin lagi. Ayo kita bikin lagi yang baru, yuk. Ya namanya cari peluang,” ujar Dony kepada wartawan, Selasa (27/2/2024).
Pada (19/2/2024), Divisi Siber Badan Kejahatan Nasional (NCA) Inggris bekerja sama dengan Departemen Kehakiman, FBI, dan mitra penegakan hukum internasional lainnya mengganggu operasi LockBit dengan menyita sejumlah situs web publik.
Dikutip dari laman Departemen Keadilan, web tersebut digunakan oleh LockBit untuk terhubung ke infrastruktur organisasi.
Selain itu, gabungan polisi pemerintah juga merebut kendali server yang digunakan oleh administrator LockBit sehingga mengganggu kemampuan pelaku LockBit untuk menyerang, mengenkripsi jaringan, serta memeras korban.
“Selama bertahun-tahun, rekanan LockBit telah melancarkan serangan semacam ini berulang kali di seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia. Saat ini, penegak hukum AS dan Inggris mengambil kunci operasi kriminal mereka,” kata Jaksa Agung Merrick B. Garland.
Sebagai informasi, LockBit merupakan salah satu kelompok ransomware paling aktif di dunia yang menargetkan lebih dari 2,000 korban, menerima uang tebusan lebih dari $120 juta pembayaran, dan mengajukan tuntutan tebusan sebesar ratusan juta dolar.