Bisnis.com, JAKARTA - Startup edukasi-teknologi Zenius memutuskan tutup sementara usai 20 tahun beroperasi di Indonesia, karena tantangan operasional. Menyisakan pertanyaan mengenai masa depan startup edukasi lainnya.
Zenius mengawali perjalanan mereka dengan cukup cemerlang. Pada Juli 2020, Zenius menyambut tahun ajaran 2020/2021, dengan melakukan rebranding, mengubah logo, visual, dan tagline mereka untuk menandai evolusi merek.
Setahun setelahnya, Alpha JWC, modal ventura yang juga mendanai Kopi Kenangan bekerja sama dengan modal ventura asal Singapura, OpenSpace Venture pun menyuntikan pendanaan pra-seri B.
Satu tahun setelahnya, Zenius kembali mendapatkan suntikan dana dari MDI Ventures, modal ventura milik Telkom untuk jumlah yang tak disebutkan.
Pendanaan tersebut digunakan untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dan perluasan ekosistem pembelajaran Zenius.
Namun rupanya, apa daya pendanaan yang masuk tersebut tak mampu menyelamatkan Zenius di tengah musim dingin perusahan teknologi yang banyak mengguncang startup teknologi.
Pada Agustus 2022, platform edutech tersebut sempat berusaha untuk bertahan dengan melakukan reorganisasi dan memangkas jumlah karyawan dengan jumlah yang dikabarkan mencapai ratusan.
Namun, perampingan itu tidak berhasil menyelamatkan perusahaan, sampai pada Januari 2024, Zenius memutuskan berhenti beroperasi.
Memang, Zenius mengatakan penutupan bisnis mereka disebabkan oleh tantangan operasional. Namun, masih belum diketahui kesalahan apa yang terjadi dalam bisnisnya ataupun eksternal karena musim dingin teknologi (tech winter)
Jika mengacu pada laman Simplicable, tech winter adalah periode saat investor mengurangi minat dan investasi pada sektor teknologi. Padahal, pada 2022 Zenius baru mendapatkan suntikan dana, yang memang tidak diketahui jumlahnya.
Saat bertanya dengan Asosiasi Modal Ventura untuk Startup di Indonesia, asosiasi yang juga menaungi MDI Venture dan Alpha JWC, Ketua Umum Amvesindo Eddi Danusaputra mengaku tidak tahu alasan penutupan Zenius.
Namun, Eddi mengatakan jika perusahaan sudah berusia lebih dari 10 tahun idealnya sudah mendapatkan profit. Meski hal itu tidak berlaku secara umum atau untuk seluruh startup.
“Kami para investors tidak pakai ukuran berapa tahun, tapi secara umum, jika sudah cukup lama (misalnya di atas 10 tahun) idealnya sudah profitable atau ada path to profitability,” ujar Eddi kepada Bisnis, Kamis (4/1/2023)
Lebih lanjut, Eddi juga mengaku hampir semua startup tengah kesulitan karena kondisi ekonomi makro, seperti suku bunga yang tinggi dan tech winter.
Pengamat teknologi sekaligus Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura menilai permasalahan profit ini merupakan kesalahan modal ventura.
Menurutnya, saat ini banyak modal ventura yang terus mendesak perusahaan rintisan untuk berekspansi dan meningkatkan valuasi setelah mendapatkan gelontoran dana, tanpa memikirkan kebutuhan pasar.
Padahal, Tesar mengatakan dana yang disuntikkan itu suatu saat bisa habis. Alhasil, ketika hal itu terjadi dan perusahan belum memiliki profit, mereka bisa collapse.
“Mereka (modal ventura) yang menyuntikan duit, tetapi mereka tidak mau prediksi bahwa duit ini digunakan untuk dapat bertahan atau yang penting ke depannya valuasi perusahaan bisa dua kali lipat karena gue (modal ventura) mau exit,” ujar Tesar kepada Bisnis, Kamis (4/1/2023).
Sebagai informasi, Zenius bukan satu-satunya startup yang gulung tikar setelah menerima suntikan dana. Sebut saja startup B2B barang FMCG Ula yang tutup, padahal baru didanai Jeff Bezos di tahun sebelumnya.
Lalu, Flash Coffee yang melakukan PHK hanya lima bulan setelah diinjeksi Rp736 miliar. Kemudian, adapula startup funitur Fabelio yang mendapatkan Rp300 miliar pada 2020 dan tutup di 2022.
Selain itu, adapula TaniHub, startup agritech yang tutup hanya setahun setelah disuntikan dana Rp942 miliar dan disebut-sebut sebagai unicorn selanjutnya.
Duka Warganet
Sementara itu, banyak netizen yang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Zenius yang telah membantu mereka untuk masuk ke sekolah impian. Sebagai informasi, banyak siswa yang belajar di Zenius untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian, termasuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
“I (lambang hati) Zenius. Mereka niat dan misinya lurus menurutku. Learning how to learn, igniting curiosity... bikin orang percaya dg kemampuan mereka, bikin betah belajar.. my goodness, kalian berhasil sbg pendidik! Zenius, kontribusi kalian bermakna u/ pendidikan Indonesia. Salute!,” ujar akun X @firlysavitri.
“Thanks zenius, keknya klo ga kenal zenius ak ga masuk ptn yang aku mau, thanks tutor2 zenius esp bang sabda, kak donna, sm bang pras ,” ujar @stoodying.
“Dulu belajar mau UN, SNMPTN jg dari sini, alhamdulillah keterima di UGM. terimakasih zenius,” tulis @bardanslm.
“Tanpa zenius mungkin gue gaakan menyandang gelar alumni Unpad sebagai anak pesantren dari daerah yang ga dipandang samsek di SNMPTN,” ujar @elfanmdi.
“Adek saya dulu user zenius, jual kamera instax nya biar bisa subs 1 tahun. Tekun belajar online setiap subuh, tekad dia cuma satu. Lolos sbmptn. And she did! Semenjak itu terjadi, saya engga pernah berhenti rekomendasikan platform zenius ke keluarga dan umum,” ujar @to_gethr.
Menariknya, apresiasi ini tidak hanya disuarakan oleh para pengguna, tetapi juga para mantan karyawan. Salah satunya adalah digital marketing spesialis sekaligus mantan karyawan Zenius Mikael Dewabrata.
“Kerja setahun, tapi mayan merasakan up and down. Apapun itu, walau sebentar tapi jadi kenal banyak orang seru sampai hari ini. Thank you, maaf kalau salahnya banyak,” ujar Mikael melalui akun X @MikaelDewabrata.
Senada, salah seorang mantan karyawan Zenius Damar Bowolaksono juga merasakan hidup yang berubah setelah dirinya masuk ke Zenius. “Zenius? Ga usah ditanya lagi kontribusinya buat hidup gue. 180 derajat hidup gue berubah,” ujar Damar.
Damar bercerita, lingkungan pekerjaan di sana cukup membekas positif, karena atasan yang asik serta rekan kerja yang sangat suportif dan sangat mumpuni di bidang masing-masing.
“Avicenna, orang dibalik kodingan zenius awal2. Avi ini juniornya Sabda di IF ITB. Avi tuh pinteeerrr bangeeet. That's why gue namain anak gue Avicenna ya karena Avi zenius ini, bukan Avicenna yg lain. Oh ya, Sabda ini CEO yg masih ngoding,” ujar Damar.
Menanggapi semua itu, CEO Zenius Sabda PS mengaku terharu dan sangat berterima kasih atas apresiasi para pengguna ataupun mantan karyawan Zenius.
“Gue baca semua replies dan qts jadi terharu banget. Gue belum bisa ngasih banyak komen dan cerita, tapi with this tweet gue mau really appreciate & berterima kasih banget atas apresiasi kalian ke Zenius dan tim ya,” cuit @sabdaps.
Sebagai informasi, kiprah Zenius di dunia pendidikan bermula pada 2004. Saat itu, para founder Zenius, mulai dari Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta membentuk bisnis ini tanpa bantuan modal dari pihak eksternal sama sekali.
Upaya inipun dilakukan demi satu cita-cita mulia, yakni mendokumentasikan materi pendidikan dalam format digital.
Tentu, ini bukanlah langkah yang mudah. Salah satu kendala utamanya adalah penetrasi internet yang masih sangat terbatas.
Namun, hal tersebut tidak menjadi alasan bagi Zenius untuk mencapai cita-citanya. Sabda PS dan teman-temannya pun mulai dengan membuka bimbingan belajar (bimbel) konvensional.