Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan e-commerce Lazada disebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan di kantor induknya pada 3 Januari 2024. Disebut akibat agresivitas TikTok Shop di pasar Asia Tenggara dan transformasi Alibaba untuk lebih efisien.
Selain itu, juga belum diketahui apakah hal ini berdampak pada Lazada di negara-negara lainnya. Sebagaimana diketahui, Lazada juga memiliki anak perusahaan di Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Tiongkok.
Mengutip Strait Times, juru bicara Lazada mengatakan efisiensi karyawan ini dilakukan agar cara kerja menjadi lebih gesit dan efisien, guna memenuhi kebutuhan bisnis di masa depan.
“Transformasi ini mengharuskan kami menilai kembali kebutuhan tenaga kerja dan struktur operasional kami untuk memastikan bahwa Lazada berada pada posisi yang lebih baik dalam mempersiapkan masa depan bisnis dan sumber daya manusia kami,” ujar juru bicara tersebut, dikutip dari Strait Times, Kamis (4/1/2023).
Lebih lanjut, juru bicara tersebut juga enggan mengungkapkan jika para pekerja yang terdampak telah menerima paket pesangon.
Sementara itu, CEO Lembaga Riset Momentum Works Jianggan Li mengatakan berdasarkan kabar yang diterimanya, karyawan yang terdampak masih dalam pembicaraan dengan SDM Lazada.
Kendati demikian, Li berasumsi PHK ini disebabkan oleh perubahan ekonomi global selama dua tahun terakhir. Li melihat pertumbuhan bisnis e-commerce secara umum mengalami perlambatan, karena konsumen lebih berhati-hati dalam berbelanja.
Alhasil, perusahaan yang memang sudah terlalu lama melakukan bakar duit dan ingin mulai mencari profit, menjadi cukup sulit.
Hal ini diperparah dengan beratnya persaingan antar e-commerce dan kehadiran pesaing baru TikTok Shop yang juga mendistrupsi pasar e-commerce Asia Tenggara.
Sebagai informasi, hampir setiap negara di Asia Tenggara memiliki setidaknya tiga e-commerce, yakni Shopee, Lazada, dan TikTok Shop.
Lebih lanjut, Li mengatakan hal ini juga ditambah dengan kondisi Alibaba Group, induk dari Lazada yang tengah melakukan transformasi besar-besaran dan pergantian kepemimpinan.
Li menambahkan, kehadiran AI generatif juga menjadi pelengkap kesulitan yang dialami Lazada, karena bisa mendisrupsi cara kerja platform e-commerce.
Oleh karena itu, Li mengatakan tindakan efisiensi ini merupakan suatu hal yang tepat untuk dapat menyelamatkan perusahaan.
“Lazada harus lebih efisien. Banyak organisasi besar di industri tradisional mengalami dilema serupa. Hanya saja, memang di bidang teknologi, banyak hal yang berubah lebih cepat,” ujar Li, dikutip Kamis (4/1/2023).
Sebagai informasi, ini bukanlah kala pertama Lazada melakukan PHK. Sebelumnya, pada Oktober 2023 Lazada juga pernah melakukan hal serupa. Namun, saat itu juga tidak diketahui secara pasti jumlah karyawan yang terdampak.
Padahal, pada Juli 2023, Alibaba baru menyuntikkan dana sebesar US$845 juta atau sekitar Rp13 triliun.