Ramai Tagar TolakGambarAI di X, Begini Riuhnya Pro Kontra Percakapan Warganet

Crysania Suhartanto
Rabu, 3 Januari 2024 | 14:48 WIB
Tagar Tolak Gambar AI yang ramai di media sosial X/X
Tagar Tolak Gambar AI yang ramai di media sosial X/X
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Para konten kreator ramai-ramai menyuarakan penolakan pada gambar yang dibuat kecerdasan buatan (AI Art) di akun media sosial X. Tagar #TolakGambarAI pun menjadi salah satu topik paling tren di Indonesia pada Selasa (3/1/2024).

Salah seorang konten kreator dengan akun @hharisu mengaku AI Art merupakan sebuah inovasi. Namun, yang menjadi masalah adalah AI Art dianggap mengambil gambar dari seniman tanpa persetujuan.

“Alasan kenapa AI ditolak ini karena AI mengambil gambar-gambar seniman lain tanpa persetujuan. Padahal di gambar-gambar itu ada yang namanya hak cipta. Dan yang bikin AI ini problematik adalah penggunaan AI untuk hal komersial,” ujar akun X @hharisu, dikutip Selasa (3/1/2023).

Alhasil, banyak seniman yang tidak bisa mengkomersilkan karya ciptaan mereka, karena sudah lebih dulu diambil hak ciptanya oleh pengguna yang memanfaatkan AI Art. Diketahui, hingga berita ini ditulis, unggahan Harisu sudah disukai lebih dari 1.400 orang, diunggah ulang sebanyak 782 kali, dan disimpan oleh 43 orang. 

Senada, konten kreator lainnya Muhammad Ferdiansyah juga menyatakan dukungannya pada gerakan #TolakGambarAI. Menurutnya AI merupakan sebuah alat untuk membantu manusia, bukan untuk menggantikan manusia.

Masalahnya, Ferdi melihat banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan AI untuk menggantikan pekerjaan seniman dalam membuat desain komersial. “Ini salah,” ujar Ferdi dalam akun X @callmemasfer.

Ferdi pun melihat salah satu contoh konkret penggunaan gambar AI untuk komersil adalah poster kampanye di Indonesia. 

Oleh karena itu, Ferdi pun menyuarakan agar para kreator menuntut tim sukses dari pasangan calon yang meniru style gambar mereka dengan menggunakan AI Art.

“Gue dukung semua kreator, bahkan Disney/Pixar, buat nuntut secara hukum semua timses paslon capres & cawapres yang pake AI “art” yang niru artstyle mereka,” ujar Ferdi.

Meski gerakan #TolakGambarAI ramai di X, menurut netizen @_googon, seharusnya seniman tidak perlu takut terhadap fenomena AI Art.

“Menurut gw ini adalah pergerakan yang meminta manusia untuk mundur dari kemajuan teknologi. Tapi di sisi lain, kalian harusnya sebagai artist/illustrator nggak perlu takut, karena seni yang sejati memiliki jiwa, dimana AI tidak bisa membuat hal tersebut,” ujar @_googon.

Selain itu, adapula warganet lainnya yang berpendapat, jika tidak ingin karyanya digunakan oleh AI, seharusnya para seniman tidak menggungah karyanya di internet.

“Dan harusnya lu dari awal udah tau kalau risiko kita upload ke internet tuh kayak gimana,” ujar akun X @tellmehome. 

“Walaupun beda jauh kasusnya, tapi orang awam lihat kasus ini ga beda dari ojek pangkalan yang protes ke ojol. Mau ngomongin hak cipta dll, ga akan ada yang peduli. Tidak sampai pekerjaan mereka sendiri terdistrupsi AI nantinya,” ujar akun @ardaa_bangsa.

Lebih lanjut, akun @ikki_ckpt juga mengatakan bahwa tidak semua AI Art melanggar hak cipta. Menurutnya, ada platform Adobe Fireflies yang sudah menggunakan database mereka sendiri. 

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sempat menerbitkan surat edaran (SE) terkait etika kecerdasan buatan. 

Wakil Menteri Kemenkominfo Nezar Patria mengatakan salah satu hal yang terkandung dalam SE tersebut adalah himbauan bagi para pengguna AI untuk memberikan tanda (watermark) bahwa karyanya dibuat dari AI. 

Kendati demikian, Nezar mengaku SE ini hanya bersifat himbauan dan bukan regulasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper