5 Inovasi Teknologi yang Jadi Perhatian Pemerintah RI, AI hingga 5G

Crysania Suhartanto
Kamis, 7 Desember 2023 | 14:46 WIB
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memperkenalkan buku putih Strategi Nasional (Stranas) Pengembangan Ekonomi Digital, dengan teknologi-teknologi yang berpeluang dikembangkan ke depan. 

Stranas inipun dibuat dengan kolaborasi antara Kemenko Perekonomian, Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), dan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) 

Dalam strategi nasional itu, tercatat ada beberapa inovasi teknologi canggih yang berpotensi membentuk masa depan dan memiliki dampak signifikan di seluruh sektor ekonomi. Adapun inovasi tersebut adalah next level automation, penggunaan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI), konektivitas jaringan 5G, rekayasa genetika, dan quantum computing. 

1. Next level automation

Kemajuan dalam otomatisasi mesin akan menjadi lebih canggih, yakni dengan otomatisasi produksi dari awal hingga akhir. Mulai dari pembuatan hingga distribusi.

Oleh karena itu, teknologi ini diprediksi akan mendisrupsi tenaga kerja yang ada, apalagi dengan ditambah kehadiran AI.

2. Kecerdasan artifisial

Kecerdasan buatan (AI) merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. 

Saat ini, AI sudah mampu memproses data dalam jumlah besar, mengenal pola, dan terlibat dalam pemrosesan bahasa alami yang canggih. Selain itu, AI sudah dapat membuat gambar, menirukan suara, hingga merespons dengan akurat.

Perkembangan terbarunya, saat ini para peneliti sedang mengembangkan artificial general intelligence (AGI) yang mana teknologi ini dapat setingkat dengan kognisi manusia. Nantinya, mereka dapat belajar secara mandiri dan mampu melakukan berbagai tugas secara mandiri. 

3. Jaringan 5G

Berdasarkan catatan Bisnis, jaringan 5G sudah resmi hadir di Indonesia sejak Mei 2021. Namun, industri telekomunikasi belum masif mengembangkan teknologi yang satu ini. Alasannya, karena usecase yang masih belum banyak dan harga infrastruktur yang mahal.

Padahal, Menteri Kemenkominfo (Menkominfo) Budi Arie mengatakan jaringan 5G dapat menyumbang PDB Indonesia hingga Rp2.802 triliun pada 2030. Hal ini tidak terlepas dari kemampuannya untuk mengoperasikan Internet of Things (IoT), AI, hingga metaverse.

Karena itu, sebenarnya sejumlah negara tetangga sudah mulai membuat perencanaan perkembangan 5G, mulai dari Malaysia, Thailand, Brunei, dan Singapura.

4. Rekayasa genetika

Menurut National Human Genome Research Institute, rekayasa genetika (modifikasi genetik) adalah sebuah proses untuk mengubah susunan DNA dari suatu organisme. 

Alhasil, proses ini bisa menghapus suatu wilayah DNA atau penambahan segmen DNA baru untuk mendapatkan sifat baru yang diinginkan.Teknologi ini telah berhasil digunakan untuk penelitian dan industri, seperti kanker, pembuatan bir, modifikasi genetik tanaman dan ternak, dan lain-lainnya.

Adapun yang terbaru, dikutip dari The Scientist, modifikasi genetik ini telah menghasilkan virus yang dapat menghasilkan listrik ketika terkena panas (advanced materials). 

Diketahui, listrik itu didapat dari mencairnya lapisan protein bakteriofag yang berubah menjadi pembangkit listrik kecil. Diprediksi, penemuan ini juga akan memicu penemuan rekayasa hayati baru lainnya. 

5. Quantum computing

Jika komputer klasik melakukan perhitungan menggunakan bit, yang dapat memiliki satu dari dua status (biasanya angka 1 atau 0), bit kuantum atau qubit dapat ada di banyak status secara bersamaan.

Berdasarkan catatan Bisnis, hal ini yang memungkinkan mereka memecahkan masalah lebih cepat daripada komputer klasik.

Adapun baru-baru ini, IBM berhasil membuat chip quantum computer 1.000 qubit yang pertama di dunia. Teknologi ini memungkinkan komputer untuk menyelesaikan masalah fisika, kimia, teknik, dan kedokteran hanya dalam hitungan menit. 

Padahal, jika menggunakan komputer klasik, perhitungan yang sama akan memakan waktu hingga jutaan tahun.

“Bahkan satu juga atau satu miliar superkomputer yang terhubung bersama tidak dapat melakukan penghitungan mesin masa depan ini,” ujar Direktur Penelitian IBM Dario Gil, dikutip dari The Guardian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper