Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan teknologi yang berperan melakukan pengecekan identitas secara digital, PT Indonesia Digital Identity (Vida) mengungkapkan bahwa mereka memiliki akurasi pemeriksaan wajah hingga 98%.
Sati Rasuanto, Presiden dan Co-Founder Vida menyatakan meskipun data telah tersinkronisasi melalui digital, masih diperlukan bantuan manusia dalam melakukan pengecekan identitas. Langkah ini untuk mengatasi margin of error pada algoritma mesin yang digunakan oleh perusahaan.
"Dengan tingkat akurasi 99,9%, kita cukup percaya diri bahwa identitas ini Sati, bukan Vivi. Namun, masih ada 0,01% yang merupakan perbaikan algoritma. Dan perbaikan algoritma itu hanya bisa dilakukan oleh manusia," ujar Sati kepada Bisnis pada akhir pekan lalu, (1/12/2023).
Sati menjelaskan bahwa kurangnya akurasi mesin juga disebabkan oleh penggunaan database yang berasal dari luar Indonesia, terutama dari Eropa. Penggunaan pangkalan data dari luar negeri ini membuat kurang mampu mengenali fitur-fitur wajah orang Indonesia.
Kehadiran manusia dalam pengecekan identitas digital menjadi semakin penting karena semakin canggihnya tindak penipuan. Sati menyatakan bahwa hanya manusia yang dapat memastikan apakah sebuah foto merupakan deepfake, dan hanya manusia pula yang dapat memasukkan jawaban analisis tersebut ke dalam mesin untuk dipelajari lebih lanjut.
"Semua data itu dimasukkan lagi ke dalam data machine learning, supaya mesinnya belajar kalau use case seperti ini, inilah jawabannya. Ini hanya dapat dilakukan oleh orang," ungkap Sati.
Dia menyebutkan persentase penggunaan mesin dalam pengecekan identitas digital dapat berubah-ubah tergantung pada tingkat keamanan yang diinginkan. Semakin tinggi tingkat keamanan, semakin banyak keterlibatan manusia yang diperlukan, dan sebaliknya.
Vida, sebagai perusahaan teknologi, menargetkan penyelesaian kendala-kendala tersebut melalui terus berkembangnya teknologi. "Inovasi terus berkembang untuk membuat skenario yang berbeda menjadi lebih mudah bagi para penggunanya. Semakin mudah untuk pengguna, kita menjadi semakin inklusif sebagai suatu teknologi," kata Sati.
Perlu diketahui, Vida beroperasi sebagai otoritas bersertifikat (CA) untuk mengeluarkan digital ID dan tanda tangan elektronik bersertifikat, dengan sertifikasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mengeluarkan identitas digital dengan jaminan hukum penuh.