Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga filantropi asal Swiss UBS Optimus Foundation dan Swiss Re Foundation melakukan kemitraan sekaligus memberikan pendanaan awal (seed funding) sebesar US$2 juta atau Rp31,2 miliar kepada venture builder berbasis alam Terratai.
Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan solusi berbasis alam dari Terratai, baik di Indonesia serta negara-negara di Asia Tenggara.
CEO dan Pendiri Terratai Matt Leggett mengatakan dana ini juga akan dimanfaatkan untuk memberikan dukungan pada perusahaan rintisan lainnya dengan model bisnis kelestarian alam.
“Serta memberikan dukungan yang sesuai dan fasilitasi investasi rintisan yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan ini untuk tumbuh berkembang, dan membuka jalan ke aktivitas ekonomi yang memperhatikan kelestarian alam," ujar Matt, dikutip Kamis (23/11/2023).
Adapun upaya yang dilakukan Terratai selama ini adalah pengukuran dampak perlindungan alam dan keanekaragaman hayati terhadap mitigasi karbon dan penghindaran emisi.
Selain itu, Terratai juga melakukan upaya untuk melindungi keanekaragaman hayati dan pengelolaan spesies, perlindungan dan pemulihan habitat, serta peningkatan layanan ekosistem.
Menurut Matt, jika ingin melindungi dan memperbaiki alam secara sistemik, perusahaan harus secara mulai mengevaluasi cara menghargai alam dalam konteks ekonomi.
CEO UBS Optimus Foundation Maya Ziswiler mengatakan Indonesia adalah tempat yang tepat untuk memulai, karena lebih dari setengah permukaan tanah Indonesia masih ditutupi oleh hutan.
Oleh karena itu, Maya percaya dengan adanya kemitraan dan pendanaan ini, Terratai dapat menghadirkan solusi-solusi yang inovatif dan dampak positifnya juga akan semakin luas.
“Membuat mereka menjadi lebih siap untuk menerima investasi dan meningkat skala bisnisnya, sambil memastikan bahwa mereka tetap dapat mencapai hasil positif dalam perjuangan melawan perubahan iklim, perlindungan keanekaragaman hayati dan kesejahteraan masyarakat setempat,” ujar Maya.
Senada, Director di Swiss Re Foundation Stefan Huber Fux mengatakan misi Terratai sejalan dengan komitmen perusahaannya untuk membangun dunia yang lebih tangguh.
“Komitmen strategis kami untuk membangun bersama suatu ekosistem yang dinamis dengan peluang investasi untuk solusi yang memiliki dampak positif tidak hanya pada lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal,” ujar Stefan.
Sebagai informasi, sistem pangan global merupakan sumber tunggal terbesar pendorong rusaknya alam dan berkurangnya keanekaragaman hayati, serta bertanggungjawab atas lebih dari 30% emisi gas rumah kaca global.
Asean memperkirakan bahwa populasi penduduk di Asia akan tumbuh hingga 770 juta pada tahun 2040, sehingga menambah beban ekosistem air dan daratan untuk produksi pangan populasi tersebut kelak.
Dengan proyeksi saat ini, Asia Tenggara berpotensi kehilangan 70% habitat alami dan 40% dari spesies yang ada.