Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) menilai tren investasi startup masih suram pada kuartal IV/2023, sama seperti kuartal-kuartal sebelumnya.
Ketua Bidang IV Amvesindo Rama Mamuaya mengatakan penyebab investasi yang masih menurun ini bukan hanya karena kondisi ekonomi dan geopolitik global.
Namun, juga karena kondisi dalam negeri menjelang pergantian pemerintahan dan perubahan kebijakan ekonomi.
“Banyak yang gugup seiring pergantian pemerintahan dan perubahan kebijakan ekonomi, tetapi sejauh ini belum ada data yang menunjukkan korelasi tersebut [untuk investasi ke teknologi]” ujar Rama kepada Bisnis, Jumat (17/11/2023).
Tambah Rama, jika memang ada perusahaan yang melakukan PHK, hal ini merupakan bentuk efisiensi perusahaan yang sebenarnya merupakan hal yang bagus.
Menurutnya, hal ini bisa membuat perusahaan kembali fokus ke fundamental bisnis perusahaan.
Sebelumnya, Halodoc, startup yang bergerak di sektor kesehatan, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan untuk jumlah yang tak disebutkan. Ironisnya, PHK dilakukan 4 bulan setelah mendapat pendanaan Seri DI U$100 juta atau Rp1,5 triliun dari Astra.
VP Government Relations & Corporate Affairs Halodoc Adeline Hindarto mengatakan perubahan besar dalam situasi makroekonomi, politik dan geopolitik secara global maupun domestik saat ini mengharuskan seluruh pelaku bisnis untuk terus beradaptasi, dan mengevaluasi strategi bisnis secara berkala.
Perusahaan, lanjutnya, juga harus bertransformasi demi memastikan strategi terbaik untuk menghadapi dinamika industri. Termasuk melakuka reorganisasi.
“Langkah ini pastinya bukan keputusan yang mudah, namun perlu kami lakukan untuk memastikan perusahaan tetap dapat bertumbuh secara berkelanjutan. Dalam prosesnya, pemenuhan hak-hak karyawan sesuai peraturan dan hukum yang berlaku merupakan prioritas utama kami,” kata Adeline.
Sementara itu riset AC Venture bersama dengan Bain & Company menemukan lanskap investasi di Indonesia diperkirakan mengalami penurunan sekitar 70-80% selama tahun 2023. Pendanaan pada kuartal III/2023 hanya mencapai 0,3x dari periode yang sama di 2022.
Laporan tersebut mengakui 2023 merupakan tahun yang menantang bagi modal ventura, karena ada sejumlah faktor ekonomi makro. Mulai dari ketegangan geopolitik, kenaikan suku bunga, sentimen konsumen dan bisnis yang melemah, serta pemilihan umum 2024.
Namun, di sisi lain, hal ini membuktikan bahwa investor sudah makin rasional dalam mengambil keputusan dan cenderung mendukung startup yang sudah memiliki profit.
Lebih lanjut, laporan tersebut juga memperkirakan tren investasi di masa depan adalah seputar ESG dan teknologi iklim, terutama mobil listrik dan teknologi baterai. Selain itu, teknologi kesehatan dan bisnis direct to customer (D2C) juga masih dianggap sebagai sesuatu yang menarik.
Hal inipun terlihat dari sejumlah pencapaian sektor tersebut pada 2022 dan pertengahan 2023.
Diketahui, sektor mobil listrik dan energi mengalami peningkatan yang signifikan dari sekitar US$3 juta atau sekitar Rp46,4 miliar pada kuartal I/2022, menjadi US$18 juta atau sekitar Rp278,7 miliar pada kuartal I/2023.
Selain itu, sektor teknologi kesehatan juga mengalami kenaikan drastis dari US$8 juta atau Rp123,8 miliar pada kuartal I/2022 menjadi US$51 juta atau Rp789,7 miliar pada kuartal I/2023.