Bisnis.com, JAKARTA - Tren pendanaan perusahaan rintisan atau startup di Asia Tenggara mengalami penurunan yang cukup drastis pada 2023.
Berdasarkan laporan kolaborasi dari Google, Bain&Company, serta Temasek, mencatat angka suntikan dana di Indonesia mengalami penurunan 87%. Sedangkan, Singapura turun 63%, dan Vietnam merosot 79%.
Tren inipun mencapai level terendahnya dalam enam tahun terakhir. Adapun tren penurunan paling banyak terjadi pada pendanaan seri akhir (D&E) dengan 77%, dilanjut dengan pendanaan seri tengah dengan 76%, dan pendanaan seri awal dengan 68%.
Kendati demikian, Partner dan Kepala Asia Tenggara dari firma konsultasi manajemen Bain & Company Aadarsh Baijal mengatakan hal ini bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan, karena tren ini masih terhitung sehat.
“Menurut kami, kejutan kecil ini akan membuat ekonomi digital yang lebih baik di masa depan,” ujar Aadarsh di kantor Google, Selasa (7/10/2023).
Lanjut Aadarsh, penurunan investasi ini dikarenakan kondisi ekonomi global yang kian memanas di beberapa tahun belakangan. Mulai dari suku bunga yang naik, pertumbuhan ekonomi yang melemah, situasi geopolitik yang memanas, dan volatilitas ekonomi.
Oleh karena itu, sebenarnya saat ini investor tengah melakukan tindakan wait and see, dan menunggu situasi global yang kembali normal untuk dapat kembali memberikan pendanaan.
Lebih lanjut, Kepala Wilayah Asia Tenggara dari perusahaan investasi Temasek Fock Wai Hoong juga mengatakan ekonomi Indonesia masih tetap menarik di mata investor berkat fundamentalnya yang kuat.
Menurutnya, Indonesia memiliki pertumbuhan populasi tenaga kerja, peningkatan pendapatan konsumen, serta ekosistem perusahaan rintisan teknologi yang dinamis.
“Temasek tetap optimis terhadap masa depan ekonomi digital Asia Tenggara dan akan terus mengerahkan modal katalisator untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif,” ujar Fock.