Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat menilai tren pertumbuhan pusat data (data center) di Indonesia akan melesat pesat dalam beberapa tahun ke depan.
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito W.J. mengatakan potensi ini pun semakin besar mengingat banyaknya wilayah Indonesia yang cukup strategis untuk menerima limpahan dari perusahaan-perusahaan luar negeri.
“Belum lagi peluang limpahan demand dari negara sekitar, yang pasar pusat datanya sudah terlalu ketat,” ujar Sigit Kamis (26/10/2023).
Sebagai informasi, pusat data merupakan sebuah lokasi pihak ketiga untuk menyimpan data-data perusahaan yang menjalankan aktivitasnya secara digital.
Namun, selain menyimpan, pusat data juga bisa menjalankan tugas memantau, mengidentifikasi, dan mengelola informasi yang tersimpan di dalamnya.
Kemudian, Sigit mengatakan optimisme ini juga seturut tren pertumbuhan konsumsi data secara umum menunjukan pertumbuhan pusat data bisa eksponensial.
“Bisa jadi pertumbuhan permintaan layanan pusat data sampai beberapa tahun ke depan, mungkin sampai eksponensial. Artinya peluang pasarnya masih sangat terbuka lebar,” ujar Sigit.
Akan tetapi, Sigit mengaku pertumbuhan pusat data juga memiliki tantangannya tersendiri. Salah satunya adalah kompetisi yang semakin padat baik dari pemain lokal maupun internasional, terutama di kota-kota besar.
Oleh karena itu, Sigit menyarankan para pelaku pusat data untuk menyasar kota-kota yang strategis, tetapi belum terlalu banyak diisi oleh pemain pusat data.
“Kalau strateginya tepat, saya pikir bisa diantisipasi,” ujar Sigit.
Dengan demikian, Sigit pun optimistis perkembangan pusat data bisa naik hingga 400% dalam 5-6 tahun mendatang. Menurutnya, saat ini daya yang dihasilkan pusat data hanya sebesar 70 MW, tetapi nanti dapat tumbuh hingga 400MW.
Sebelumnya, Asosiasi pusat data Indonesia (IDPRO) memprediksi total kapasitas energi pusat data di Indonesia mencapai 1,3 gigawatt (GW) dalam 8 tahun hingga 9 tahun ke depan.
Ketua IDPRO Hendra Suryakusuma mengatakan asumsi ini berdasarkan angka pusat data yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Pada 2016 saat kami berdiri, itu baru ada sekitar enam member yang menjalankan dan mengoperasikan sekitar 32 MW power capacity. Di tahun ini kita sudah memiliki sekitar 14 member dengan power di sekitar 250 MW,” ujarnya, Sabtu (22/10/2023).
Kondisi ini, lanjut dia, didorong oleh tiga faktor utama. Mulai dari peningkatan penetrasi internet., transformasi digital baik di perusahaan swasta maupun BUMN, dan keberadaan komputerisasi awan atau cloud computing.