Bisnis.com, JAKARTA - Produsen handphone Nokia berencana merumahkan 9.000 hingga 14.000 karyawannya atau sekitar 16% dari keseluruhan karyawan. Nantinya yang akan paling terdampak adalah divisi jaringan seluler, cloud, dan layanan jaringan.
Dikutip dari Business Insider, rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) ini dilakukan seiring dengan penurunan penjualan peralatan 5G.
CEO Nokia Pekka Lundmark mengatakan penjualan pada kuartal III/2023 turun 15% dari tahun sebelumnya karena pengaruh dari ekonomi makro dan suku bunga yang tinggi.
Lebih lanjut, laba operasional perusahaan juga turun 35% ke angka 424 juta euro atau sekitar Rp7,1 triliun secara yoy.
Dikutip dari Fast Company, Amerika Utara yang menjadi salah satu pasar terpenting Nokia justru mengalami penurunan penjualan hingga 40%.
Oleh karena itu, Lundmark mengatakan pembaharuan pengeluaran termasuk PHK merupakan langkah penting untuk tetap bertahan di tengah kondisi global saat ini.
“Menyetel ulang basis biaya merupakan langkah penting untuk menyesuaikan diri dengan ketidakpastian pasar dan mengamankan profitabilitas dan daya saing jangka panjang kami,” kata Lundmark.
Namun, Nokia masih belum dapat memastikan jumlah pasti karyawan yang di PHK karena masih menunggu hasil penjualan akhir. Jika memang angka penjualan Nokia meningkat, perusahaan dapat mengurangi angka PHK dan sebaliknya.
Diketahui, Nokia diharapkan dapat mengurangi pengeluaran sebesar 400 juta euro atau sekitar Rp6,702 triliun pada 2024 dan 300 juta euro atau sekitar Rp5.026 triliun.
Adapun secara total, perusahaan ingin mengurangi total biaya sebesar 1,2 miliar euro atau sekitar Rp20,107 triliun pada 2026.