Pedagang Tradisional Disebut Harus Adaptif dengan Perubahan Perilaku Belanja Masyarakat

Crysania Suhartanto
Jumat, 13 Oktober 2023 | 18:58 WIB
Ilustrasi e-commerce/Freepik.com
Ilustrasi e-commerce/Freepik.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pedagang tradisonal, seperti yang berada di Tanah Abang, dinilai harus lebih lincah dalam menghadapi perubahan perilaku belanja masyarakat. Mereka harus lihai dalam menggunakan berjualan di e-commerce, bukan meminta platform tersebut ditutup. 

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan saat ini sudah banyak UMKM yang menggunakan platform e-commerce untuk berjualan. Beberapa dari mereka bahkan mendapatkan omzet yang cukup besar karena berjualan di platform tersebut. 

"Bahkan di ITC ataupun pusat perbelanjaan lainnya juga banyak yang mengandalkan e-commerce untuk berjualan,” ujar Huda kepada Bisnis, Jumat (13/10/2023).

Penutupan e-commerce, menurutnya, akan membuat sarana pemasaran pelaku usaha termasuk UMKM makin menipis, yang kemudian turut berdampak pada nilai ekonomi digital. 

Menurut studi dari Google, Temasek bersama Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2022 sebesar US$77 miliar atau sekitar Rp1.209 triliun (asumsi kurs Rp15.707/US$). Angka inipun diprediksi akan meningkat hampir dua kali lipat hingga US$130 miliar atau 2.041 triliun pada 2025. 

Sebagai informasi, setelah TikTok Shop ditutup, para pedagang Tanah Abang meminta pemerintah juga turut menutup Lazada dan Shopee, lantaran toko mereka yang masih sepi pengunjung. 

Para penjual pun mengatakan pedagang offline kalah harga jika dibandingkan dengan pedagang yang ada di platform online. Menurut para penjual, harga yang mahal ini dikarenakan para pedagang offline masih harus membayar biaya sewa dan pegawai.

Bendahara Modal Ventura Indonesia Edward Ismawan Wiharja mengatakan sudah banyak pedagang di Tanah Abang ataupun pusat perbelanjaan offline lainnya yang menerapkan pola penjualan omni channel.

“Toko sekaligus gudang inventori bagi penjualan online maupun offline,” ujar Edward. 

Menurutnya, evolusi ini tidak dapat ditahan. Jika ada sebuah kanal yang tidak laku, kata Edward, akan muncul kanal-kanal lain dengan teknologi yang lebih modern. 

Selain itu, menurut Edward, platform media sosial yang mempromosikan produk dan penjualnya juga akan tetap ada. “Transaksi bisa terjadi di platform e-commerce ataupun chat,” ujar Edward.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper