Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dinilai tidak hanya memiliki dampak positif dan memudahkan pekerjaan manusia, tetapi juga memiliki dampak buruk.
Head of System Engineering Head Asean Palo Alto Network David Rajoo mengatakan saat ini sudah banyak terjadi penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan.
Diketahui, salah satunya adalah penipu yang dapat meminta generative AI untuk membuat surat ancaman atau phising yang meyakinkan. Dengan demikian, keberadaan AI akan membuat penipu lebih mudah dalam melancarkan aksinya.
“Jadi ini sebuah bagian dimana kita dapat melihat cyber security sedang beralih ke era tersebut. Para peretas akan banyak menggunakan AI untuk menyerang organisasi teknologi,” ujar David kepada Bisnis, di sela media briefing, Senin (18/9/2023).
Masalahnya, jika memang salah satu platform generative AI diatur oleh penyelenggaranya agar tidak memberikan teks yang berpotensi membahayakan, nantinya akan muncul lebih banyak platform generative AI lainnya yang dapat dimanfaatkan peretas.
Oleh karena itu, David mengatakan perusahaan keamanan siber sudah harus melihat ke arah serangan siber model baru ini.
Lebih lanjut, David juga mengatakan perusahaan sudah harus mulai melakukan adaptasi kepada kecerdasan buatan untuk mengantisipasi serangan yang dibuat kecerdasan buatan.
“Saat ini mereka (perusahaan keamanan siber) juga sudah harus memikirkan cara untuk menggunakan AI antisipasi serangan yang dilakukan oleh AI,” ujar David.
Lebih lanjut, David memang menyatakan regulasi dari pemerintah itu penting. Namun, David meminta agar pemerintah tidak terlalu banyak meregulasi. Menurut David, regulasi yang terlalu ketat dapat menghambat inovasi.
Oleh karena itu, David mengatakan jika memang akan digodok regulasi terkait keamanan siber ini, David berharap agar pemerintah juga melibatkan industri dalam penyusunan hal tersebut.