Bisnis.com, JAKARTA - Unity, produsen teknologi game lintas platform, mendapat surat ancaman pembunuhan usai membebankan biaya tambahan kepada developer game yang menggunakan teknologinya.
Surat ancaman pembunuhan ini membuat dua kantor Unity yang berada di Texas dan San Fransisco ditutup untuk sementara. Selain itu, sejumlah karyawan dari Unity juga mengundurkan diri.
Oleh karena itu, dikutip dari Game World Observer, Unity telah mengambil tindakan untuk memastikan keselamatan karyawannya. Oleh karena itu, saat ini mereka juga tengah bekerja sama dengan penegak hukum.
Namun ternyata di sisi lain, menurut para karyawan, alasan utama mereka keluar dari perusahaan bukanlah karena takut pada ancaman pembunuhan, melainkan karena mereka sudah berjuang untuk menentang regulasi biaya tambahan tetapi hasilnya nihil.
“Sebagai karyawan Unity hingga pagi ini, saya yakinkan Anda bahwa kami berjuang sekuat tenaga melawan hal ini, menyampaikan semua poin yang dimiliki semua orang,” ujar Jono dalam akun ‘X’ (Twitter) @jonoforbes.
Akan tetapi, salah satu mantan karyawan Jono Forbes mengatakan di tengah perjuangan mereka menentang regulasi penambahan biaya, pengumuman tersebut malah muncul secara tiba-tiba.
Oleh karena itu, Forbes mengatakan akan lebih banyak karyawan Unity yang keluar dari perusahaan dalam waktu dekat.
“Kami yang peduli sudah keluar. Akan ada lebih banyak orang yang mengundurkan diri pada akhir minggu ini,” ujar Forbes.
Diketahui, sebelumnya CEO Unity John Riccitiello mengumumkan akan memberikan kebijakan pembayaran baru bernama “Runtime Fee bagi para perusahaan yang menggunakan teknologinya jika mereka mencapai batas pendapatan ataupun unduhan tertentu. Adapun kebijakan baru ini akan diterapkan mulai tanggal 1 Januari 2024.
Yang menjadi masalah, Unity disebut tidak berkonsultasi dengan industri game terkait perubahan kebijakan tersebut. Selain itu, informasi yang diberikan Unity juga ternyata tidak jelas.
Alhasil, hal inipun membuat banyak pengembang game mengatakan mereka akan beralih dari teknologi Unity. Selain itu, salah satu pengembang game, Shadow Fight yang bernama Nekki mengatakan kebijakan ini dapat meningkatkan biaya mereka hingga 50 kali lipat.
“Yang menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 50-100 persen di negara-negara tertentu,” ujar Nekki, dikutip dari Game World Observer.