Pengembang Game Lokal Cari Akal untuk Tumbuh di Tengah Tren Penurunan

Crysania Suhartanto
Sabtu, 2 September 2023 | 07:00 WIB
Para gamer mencoba versi beta gim video
Para gamer mencoba versi beta gim video
Bagikan

bisnis.com, JAKARTA - Industri game di dunia dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Para pengembangan game dituntut untuk mengantisipasi rasa bosan di masyarakat terhadap suatu game dengan menghadirkan game baru di tengah pendanaan yang makin seret. 

Menurut laporan InvestGame, hanya ada sekitar 324 kesepakatan pendanaan yang terjalin pada semester I/2023 atau turun sekitar 131 kesepatakan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Nilai investasi yang mengalir ke sektor ini, secara global, turun 90,5 persen hingga menyentuh US$4,1 miliar atau senilai dengan Rp62,8 triliun. 

Kemudian, dana yang dialokasikan untuk strategi merger & akuisisi juga mengalami penurunan yang cukup drastis dengan nilai total turun 31 kali lipat dan jumlah kesepakatan baru juga berkurang hampir setengahnya setiap tahun. 

InvestGame menyebut banyak hal yang membuat investor berhenti berinvestasi ke perusahaan game, salah satunya adalah daya tarik portofolio game yang meredup.

Mobilitas masyarakat yang kembali normal telah membuat orang-orang mengurangi waktu mereka untuk bermain game, karena harus bekerja secara normal di kantor. 

Alasan lainnya adalah banyak perusahaan game yang mengumumkan PHK atau restrukturisasi bisnis sehingga angka investasi berkurang. Divisi hiburan game dikurangi oleh perusahaan-perusahaan yang hanya ingin fokus pada bisnis inti mereka. 

Di luar dari risiko itu, para pengembang game juga harus menghadapi persaingan di industri yang ketat, tingkat churn atau tarik menarik pengguna game yang tinggi, dan faktor usia, prioritas dan lain sebagainya. 

Di tengah tren industri game yang tengah melandai, pendapatan raksasa game milik induk Shopee, Garena mengalami penurunan 41,2 persen ke angka Rp8 triliun.

Dikutip dari Game World Observer, perusahaan yang ramai dengan game Free Fire ini juga mengalami penurunan operasional sekitar 35 persen secara tahunan ke angka US$296,4 juta atau hanya Rp4,5 triliun.

Memang perlu diakui memang pengguna game-game di bawah naungan Sea ini mengalami kenaikan hingga 10,8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan pengguna berbayar naik 14,6 persen sehingga mencapai angka 43,1 juta.

Namun, angka pemesanan yang dilakukan setiap pengguna aplikasi Garena berkurang hingga 38,2 persen secara tahunan. Alhasil, rata-rata pemesanan per pengguna hanya US$0,8 atau Rp12.256.

Prospek Dalam Negeri

Sementara itu di tengah naik turun industri game global, Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan industri gim di Tanah Air masih menjadi industri yang menjanjikan secara umum. 

Adapun jika terjadi penurunan kinerja sebuah perusahaan gim, menurutnya, disebabkan pemain yang sudah jenuh untuk memainkan gim dari pengembang tersebut.

“Ada kemungkinan pemain mulai jenuh dan mencari gim baru,” ujar Cipto. 

Cipto menyarankan perusahaan yang bergerak di industri gim untuk rajin membuat gim yang sukses ataupun memperbaharui gim-gim lama. Hal ini diharapkan dapat tetap menjaga loyalitas pengguna.

Lebih lanjut, Cipto mengatakan tren gim pada saat ini masih cenderung sama dengan tahun lalu, yakni gratis, mudah diakses, dan dapat dimainkan bersama-sama. Hal ini tercermin dari gim-gim yang kerap dimainkan belakangan ini, seperti Mobile Legends, Valorant, Genshin Impact, hingga PUBG. 

“Gratis dimainkan dan tersedia di smartphone yang relatif murah dibanding pc atau console yang relatif mahal, serta bisa dimainkan bersama teman-teman atau bisa membangun perasaan berkomunitas,” ujar Cipto.

Sementara itu, Pengembang gim dalam negeri, Digital Happiness, fokus melebarkan sayapnya ke platform gim Nintendo Switch, melalui gim unggulannya DreadOut, untuk menjaga pertumbuhan. 

CEO Digital Happiness Rachmad Imron mengatakan sebelumnya DreadOut juga sudah masuk ke dalam platform Xbox serta Playstation. Menurut Imron, hal itu pun membuat adanya kenaikkan baik omzet maupun pendapatan dari pengembang gim DreadOut tersebut. 

“Kalau dari total penjualan yang dari PC DreadOut 2, penambahan (pendapatan) estimasi sekitar 20 persen,” ujar Imron.

Lebih lanjut, untuk menjaga kesuksesan DreadOut, gim andalan Digital Happiness ini juga akan terus berkolaborasi, membuat trilogy sequel-nya, serta mengadaptasinya ke serial televisi.

Selain itu, untuk Digital Happiness sendiri, dalam waktu dekat akan meluncurkan gim co-op gims yang bertajuk DreadHaunt. Diprediksi gim yang bertemakan horor ini sudah dapat dinikmati masyarakat pada 2023 ini. 

Pengembang Pokemon Go, Niantics Labs, berkolaborasi dengan McDonald’s Indonesia memberikan pengalaman bermain gim yang baru kepada para pengguna dan menawarkan mereka potongan harga untuk setiap Pokemon yang berhasil ditangkap. 

Head of Emerging Market Niantic Inc, Jacob Kreimer mengatakan hal ini dilakukan dengan membawa pengalaman Pokemon ke dunia nyata dengan inovasi teknologi AR yang canggih serta gameplay yang berbasis lokasi. 

“Kami yakin program-program yang kami hadirkan akan memungkinkan para pelatih (panggilan pemain Pokemon Go) untuk merasakan petualangan seru saat bermain Pokemon Go sambil menikmati santapan lezat McDonald’s,” ujar Jacob. 

Country Manager Niantic Indonesia Rafael Siregar mengatakan lebih dari 290 restoran McDonald’s Indonesia akan menjadi Pokestop ataupun Pokemon Gym. 

Rafael mengungkapkan di tempat-tempat tersebut akan tersedia pengalaman digital yang menarik, mulai dari penawaran spesial hingga potongan harga makanan.

Selain itu, MyM Rewards yang dimiliki di aplikasi McDonald’s dengan item yang diperlukan untuk bermain Pokemon Go, seperti Pokeballs, Telur kebahagiaan (lucky eggs), tiket raid (raid pass), dan berbagai item lainnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper