Bisnis.com, JAKARTA - India sedang bersiap untuk misi pertamanya mempelajari matahari.
Observatorium misi yang disebut Aditya-L1 (“Aditya” berarti “matahari” dalam bahasa Sansekerta), telah tiba di lokasi peluncurannya di pulau Sriharikota, di pantai timur India, dan dijadwalkan diluncurkan pada 2 September, menurut ke Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO), badan antariksa nasional India.
ISRO mengumumkan rencana tanggal peluncuran di Twitter pada 28 Agustus, beberapa minggu setelah membagikan gambar pertama pesawat ruang angkasa tersebut pada 13 Agustus.
Meskipun matahari telah dipelajari sejak lama, para ilmuwan masih bingung dengan bagaimana lapisan atmosfer terluarnya, yang dikenal sebagai corona, menjadi begitu panas sekitar 1,8 juta derajat Fahrenheit (1 juta derajat Celsius) lebih panas daripada permukaan matahari.
Para peneliti hanya mengetahui sedikit tentang apa sebenarnya yang terjadi di matahari sebelum matahari melepaskan jilatan api matahari dan awan plasma besar yang disebut coronal mass ejections (CMEs) ke luar angkasa dan terkadang menuju Bumi dan bagaimana CME berakselerasi hingga kecepatan luar biasa mendekati piringan matahari.
Pesawat ruang angkasa Aditya-L1 India yang mempelajari matahari, yang dibangun di Pusat Satelit UR Rao, telah tiba di Pusat Luar Angkasa Satish Dhawan menjelang rencana peluncuran pada awal September 2023.
Para ilmuwan berharap observatorium Aditya-L1 akan memberikan beberapa petunjuk mengenai misteri yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini.
Pesawat ruang angkasa tersebut diperkirakan akan lepas landas di atas roket empat tahap, yang dikenal sebagai Kendaraan Peluncuran Satelit Polar, yang pertama-tama akan menempatkan observatorium tersebut pada jalur melingkar yang stabil mengelilingi Bumi.
Setelah para ilmuwan yakin tujuh instrumen yang ada di dalamnya selamat dari peluncuran dalam kondisi baik, orbit melingkar pesawat ruang angkasa akan diperluas ke jalur berbentuk telur yang akan memulai perjalanan empat bulannya menuju tujuan akhirnya.
Baca Juga Matahari Ledakkan Plasma Raksasa ke Bumi, Bulan dan Mars, Semburkan Radiasi Tingkat Tinggi |
---|
Observatorium tersebut pada akhirnya akan menuju ke tempat parkir di luar angkasa sekitar 1 juta mil (1,5 juta kilometer) dari Bumi, dan dari situlah observatorium tersebut akan mendapatkan pemandangan matahari tanpa gangguan. Pos terdepan kosmik ini, yang disebut Earth-sun Lagrange Point 1 atau L1, juga merupakan rumah bagi Solar and Heliospheric Observatory, sebuah proyek oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa yang telah mengawasi aktivitas matahari sejak tahun 1996.
Dari tujuh muatan yang ada di kapal Aditya, empat diantaranya dikhususkan untuk melihat matahari secara langsung. Ini termasuk dua spektrometer sinar-X yang akan mempelajari sifat-sifat jilatan api matahari, sebuah coronagraph yang akan mengambil gambar matahari secara terus menerus untuk mendeteksi pembentukan jilatan api di matahari dan instrumen keempat untuk mengukur radiasi matahari.
Di antara tiga instrumen sains yang tersisa, dua diantaranya dilengkapi untuk mempelajari angin matahari dan komponennya, sedangkan yang ketiga adalah magnetometer untuk mengukur medan magnet pada posisi pesawat ruang angkasa di L1, sesuai dengan rencana misi.
Observatorium Aditya-L1, yang menelan biaya hampir US$45 juta atau Rp675 juta dan telah dibangun selama 15 tahun, merupakan peluncuran penting kedua di India tahun ini.
Bulan lalu, pesawat luar angkasa Chandrayaan-3 lepas landas dari Sriharikota dalam jalur hemat bahan bakar menuju bulan, dan berhasil mendarat di dekat kutub selatan bulan pada tanggal 23 Agustus, menjadi pesawat luar angkasa pertama dari negara mana pun yang mendarat di sana.