Intel Buka Pusat Inovasi Chip di China

Lydia Tesaloni Mangunsong
Kamis, 3 Agustus 2023 | 14:32 WIB
Papan logo Intel di kantor pusatnya di Santa Clara, California, AS/Bloomberg
Papan logo Intel di kantor pusatnya di Santa Clara, California, AS/Bloomberg
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan teknologi AS, Intel membuka pusat inovasi chip di China untuk membantu perusahaan rintisan (startup) teknologi lokal. Langkah ini dilakukan di tengah upaya AS untuk membatasi ekspor Chip ke China.

Melansir dari The Register, Kamis (3/8/2023), Intel mengonfirmasi bahwa unit tersebut dibuka pada akhir pekan kemarin di kota Shenzhen, China Selatan.

Unit dimaksudkan untuk fokus pada sejumlah teknologi, di antaranya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), pengembangan chip, dan komputasi tepi dengan menggunakan teknologi dan produk Intel yang telah ada. Perusahaan akan mengembangkan inovasi aplikasi mitra dan pelanggan dengan ekosistem terbuka untuk memenuhi permintaan pasar lokal.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Presiden Senior dan Ketua Intel China, Dr. Rui Wang, dalam acara pembukaan unit yang turut dihadiri oleh 60 mitra Intel.

Pusat inovasi ini disebut akan menjadi sarana pertukaran inovasi yang dibangun bersama oleh pemerintah Distrik Nanshan dan Intel. Di samping itu, unit ini akan dioperasikan dan dikelola oleh sebuah perusahaan bernama Shenzhen Extreme Vision Technology.

Langkah Intel membangun pusat inovasi chip di China ini berlawanan dengan upaya kontrol ekspor Washington yang semakin ketat terhadap teknologi semikonduktor untuk China, terutama teknologi terkait AI yang dikhawatirkan pemerintahan AS dapat digunakan oleh militer China.

Sebelumnya, panel kongres AS diketahui sedang menyelidiki empat perusahaan modal ventura, termasuk investasi perusahaan pembuat chip Qualcomm untuk pembiayaan teknologi AI, semikonduktor, dan kuantum China.

"Transaksi ini tidak hanya membantu membiayai pengembangan teknologi yang secara langsung bertentangan dengan kepentingan nasional AS, tetapi juga berisiko mengalihkan pengetahuan dan keahlian penting dari AS ke RRT," kata panel saat itu.

Kekhawatiran jajaran pejabat AS adalah ketergantungan pada rantai pasokan yang berbasis di China, jika negara tirai bambu itu mampu mendominasi pasar untuk produk semikonduktor sehari-hari dengan teknologi proses 28 nm.

Produsen pesaing dari negara-negara lain mau tak mau harus gulung tikar jika China akhirnya membanjiri pasar dengan chip murah.

Oleh karena itu, AS dan juga Inggris berinisiatif meningkatkan manufaktur semikonduktor dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok Asia.

Namun, sejumlah perusahaan mungkin enggan berinvestasi sebab itu artinya mereka harus bersaing dengan pabrik China yang disubsidi secara besar-besaran.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper