Pendiri Kitabisa dan Aruna Berbagi Pengalaman Kembangkan Startup

Kahfi
Rabu, 21 Juni 2023 | 18:10 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Sebagai salah satu negara dengan jumlah startup terbanyak di Asia Tenggara, Indonesia kini memiliki lebih dari 2.300 startup digital, dengan lima belas di antaranya telah mendapatkan valuasi unicorn.

Pada 2022, lebih dari 200 startup Indonesia mendapatkan investasi pendanaan setidaknya US$1 juta. Kemunculan startup inipun tersebar dan merambah ke luar Jabodetabek, seperti Malang, Bandung, Yogyakarta, Makassar, dan Denpasar. Jumlah startup baru pun bertambah setiap harinya.

Untuk membantu para founder memulai dan membesarkan startup di tahap awal, Kementerian Komunikasi dan Informatika rutin menyelenggarakan program Startup Studio Indonesia (SSI) dua kali setahun. Inisiatif ini bertujuan untuk menyediakan pelatihan intensif bagi para startup digital tahap awal (early-stage) tanah air untuk bisa mencapai product-market fit (PMF) secara optimal.

Dalam program SSI yang telah memasuki Batch ke-6, startup early-stage terpilih bisa mengikuti Founder’s Camp dan 1-on-1 Coaching dengan para praktisi startup ternama yang telah berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dua di antaranya adalah Co-founder dan CEO Kitabisa, Alfatih Timur, serta Co-founder dan CSO (Chief Sustainability Officer) Aruna, Utari Octavianty.

Kitabisa merupakan salah satu platform crowdfunding yang paling banyak digunakan di Indonesia. Tidak hanya berperan penting dalam mengenalkan budaya crowdfunding, startup satu ini juga berkontribusi signifikan dalam membantu masyarakat di situasi krisis, misalnya penggalangan dana untuk bencana alam atau pengobatan.

Sementara itu, Aruna merupakan startup perikanan terintegrasi terbesar di Indonesia, yang berkomitmen untuk menyejahterakan petani lokal dan mengedepankan keberlanjutan ekosistem laut.

Dalam perjalanan membangun Aruna, Utari menekankan pentingnya bagi founders untuk melakukan riset pasar yang kuat dan menyeluruh, demi memastikan agar produk/layanan yang ditawarkan menjawab kebutuhan target audiens.

Selain itu, founders harus bisa memperhatikan sumber daya yang dimiliki dan tidak hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek, melainkan juga dampak jangka panjang dari fokus bisnis yang hendak diprioritaskan. Founders sebagai ujung tombak startup juga dituntut untuk dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan perubahan pasar yang cenderung fluktuatif.

Sedari awal perjalanan Aruna, Utari bersama Farid Naufal Aslam (CEO) dan Indraka Fadhlillah (COO) memegang teguh prinsip ini dan menjalankan fungsi berbeda agar lebih efisien.

“Kami melihat bahwa potensi perikanan Indonesia dapat ditingkatkan dengan kehadiran teknologi, dimana Aruna menghubungkan nelayan dengan pasar global agar hasil tangkapan mereka bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Saya berfokus pada keberlanjutan bisnis, merangkul komunitas dan masyarakat pesisir. Indraka berfokus pada operasional, sementara Farid memberikan komando arah bisnis serta memastikan seluruh bisnis proses di Aruna berjalan dengan semestinya,” ujarnya.

Selain memahami kebutuhan pasar, para founders juga harus merencanakan Minimum Viable Product (MVP) di tahap awal. Menurut Utari, dengan adanya MVP, founders akan mendapatkan feedback dari pengguna untuk produk/jasa yang ditawarkan, yang dapat dijadikan acuan untuk menyempurnakan produk sebelum peluncuran final.

Sejalan dengan Utari, Alfatih sebagai CEO Kitabisa pun menyarankan founders tahap awal untuk berfokus pada pengembangan fitur utama.

“Kita harus memastikan bahwa layanan inti kita sudah kuat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Setelah itu, baru bisa berkembang pelan-pelan mengikuti perubahan yang ada di pasar. Terlalu banyak fitur di tahap awal bisa membuat tim malah kewalahan karena fokus terpecah di banyak hal,” kata Alfatih.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper