Bisnis.com, JAKARTA - Kabar penutupan Sea Capital oleh Sea Ltd dikhawatirkan juga terjadi di Indonesia, seiring dengan tren pelemahan investasi startup di Tanah Air dan 'musim dingin' perusahaan teknologi yang masih terjadi.
Modal ventura berstatus sebagai anak usaha berpotensi ‘dikesampingkan’ ketika induk memilih berinvestasi pada hal yang lebih menguntungkan di era suku bunga tinggi.
“Bagi modal ventura yang memang fokus ke pendanaan perusahaan rintisan, saya rasa mereka masih dapat bertahan. Tetapi kalau modal venturanya merupakan anak perusahaan, bisa jadi akan mengikuti langkah Sea. Ltd,” kata Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, Minggu (4/6/2023).
Sebelumnya, Sea Ltd. perusahaan raksasa yang memiliki platform e-commerce Shopee dan gim daring Garena membubarkan divisi investasinya, Sea Capital. Mengutip dari Reuters, Jumat (2/6/2023) informasi ini diketahui dari dua sumber yang mengetahui permasalahan tersebut, seiring lingkungan investasi melambat secara global karena ketidakpastian ekonomi.
Sea Capital sendiri telah berhenti melakukan investasi ekuitas baru pada 2022. Menurut sumber, menimbang kondisi pasar, Sea menetapkan prioritas yang rendah dalam investasi. Keputusan perusahaan membubarkan Sea Capital berasal dari investor teknologi menahan diri untuk berinvestasi karena suku bunga yang lebih tinggi.
Huda menjelaskan modal ventura juga memerlukan pendanaan dari investor untuk penyaluran dana ke perusahaan rintisan. Di tengah rezim pengetatan suku bunga The Fed dan ketidakpastian ekonomi global, pendanaan bagi modal ventura pun juga berkurang secara signifikan. Investor lebih memilih menaruh uangnya di tempat yang lebih aman.
Dengan kondisi tersebut maka, menurut Huda, wajar bagi Sea Ltd untuk menutup Sea Capital karena pendanaan yang berkurang. Kondisi tersebut juga berpotensi terjadi kepada modal ventura di dalam negeri.
Adapun per kuartal I/2023, kondisi investasi yang mengalir ke perusahaan rintisan dalam negeri kurang menggembirakan. Data SE Asia Deal Review: Q1 2023 menyebutkan pendanaan startup Indonesia pada kuartal tiga bulan pertama 2023 turun 41 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) dan 55 persen tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$432,64 juta atau sekitar Rp6,36 triliun.
Penurunan ini terjadi secara garis besar. Pendanaan di Asia Tenggara juga mengalami penurunan lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia yaitu 25 persen qtq dan 52 persen yoy menjadi US$2,08 miliar.
Sementara itu beberapa perusahaan di dalam negeri saat ini juga memiliki modal ventura Telkom Indonesia (MDI Ventures), Bank Mandiri (Mandiri Capital Indonesia) BNI (BNI Ventures), BRI (BRI Ventures) dan lain sebagainya.
“Hal ini juga merupakan langkah efisiensi bagi perusahaan induk untuk bisa bersaing dengan kompetitor. Fokus pada main core bisnis akan lebih menguntungkan,” kata Huda.
Huda menambahkan meski demikian bagi perusahaan rintisan masih ada kesempatan pendanaan dari modal ventura yang memang fokus di pendanaan startup. Perlambatan investasi atau bahkan penutupan modal ventura yang statusnya adalah anak perusahaan, tidak serta merta membuat industri perusahaan rintisan bergejolak.
Dia meyakini masih tetap ada modal ventura yang mendanai startup digital di Indonesia, kecuali bisnis modal ventura di dalam negeri redup, maka akan banyak perusahaan rintisan yang tutup.