Author

Neneng Goenadi

Country Managing Director of Grab Indonesia

Lihat artikel saya lainnya

OPINI: Optimisme di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Neneng Goenadi
Senin, 17 April 2023 | 08:00 WIB
Pengemudi ojek online menunjukan aplikasi digawainya saat menunggu penumpang di kawasan Mayestik, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengemudi ojek online menunjukan aplikasi digawainya saat menunggu penumpang di kawasan Mayestik, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Resesi telah jadi topik hangat di berbagai pemberitaan media dan diskusi publik sejak akhir 2022.

Hal ini makin banyak diperbincangkan setelah prediksi dari Bank Dunia pada kuartal pertama tahun 2023 yang menyebutkan perlambatan ekonomi global dapat meningkatkan resiko resesi dengan tren pertumbuhan yang cukup mengkhawatirkan.

Proyeksi ini menunjukkan hampir seluruh kekuatan ekonomi yang mendorong kemajuan dan kemakmuran dunia selama tiga dekade terakhir memudar, dan akan menyebabkan rata-rata pertumbuhan PDB pada tahun 2022—2030 turun sepertiganya jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan di awal dekade pada abad ini.

Laporan terbaru dari Bank Dunia yang dirilis pada April tahun ini juga menyatakan bahwa berbagai kondisi dunia termasuk pandemi, perang, dan pengetatan keuangan, akan menggerus pertumbuhan dan memperbesar ketimpangan negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik dengan negara berpenghasilan tinggi. Dengan kondisi ini, apakah lalu kita harus hidup dalam kecemasan?

Saya memiliki optimisme tinggi akan resiliensi Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakatnya. Negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, telah mencapai pertumbuhan yang lebih pesat dan tidak terlalu bergejolak dibandingkan kawasan lain selama dua dekade terakhir menurut laporan dari Bank Dunia.

Di balik pertumbuhan yang stabil pasca krisis Keuangan Asia (AFC), terdapat pengelolaan makroekonomi yang sehat dan sejarah reformasi struktural yang signifikan.

Dengan pertumbuhan sebesar 5,3% (YoY) dan melampaui pertumbuhan tahun 2021 yang tercatat sebesar 3,7% (YoY), Indonesia masih mencapai pertumbuhan positif sejak tahun 2022. Survei Konsumen Bank Indonesia pada Februari 2023 juga mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi dimana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2023 sebesar 122,4, tercatat lebih tinggi dibandingkan Februari 2022 sebesar 113,1.

Terjaganya optimisme konsumen didorong salah satunya oleh peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.

Dengan pertimbangan fakta di atas, harapannya kita semua tidak terkungkung dalam ketakutan, tapi lebih fokus pada bagaimana kita dapat bersikap bijaksana dalam mengatur keuangan, dan sebisa mungkin menghindari aktivitas yang menuntut pengeluaran di luar kemampuan.

Pada konferensi pers APBN KiTa Edisi Maret 2023, Sri Mulyani juga optimis pertumbuhan ekonomi dapat terjaga dengan baik dengan kisaran 5,0-5,3%. Hal ini juga disampaikan oleh Chatib Basri, Ekonom Senior Indonesia dan Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014, pada acara tahunan Grab Business Forum 2023. Ia menyatakan bahwa 2023 mungkin bukan tahun yang mudah dibandingkan 2022, tetapi Indonesia mampu melampaui 2023 dengan relatif baik.

Selain berbagi optimisme atas resiliensi Indonesia, berikut empat prediksi tren perilaku konsumen di tahun ini yang dapat menjadi referensi bagi pelaku bisnis dalam membuat strategi:

1). Mulai pulihnya mobilitas masyarakat walaupun belum mencapai level sebelum pandemi, terlebih dengan berakhirnya seluruh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) per 31 Desember 2022 dan juga diperbolehkannya mudik di tahun 2023. Transportasi umum terlihatmakin menggeliat dengan data dari BPS pada Februari 2023 yang mencatat jumlah total penumpang kereta api meningkat sebanyak 2x lipat sementara jumlah penumpang penerbangan domestik di lima bandar udara utama yang naik sebesar 63% dibanding periode yang sama pada tahun lalu.

2). Layanan pengantaran akan tetap bertahan walau PPKM telah ditiadakan. Pada tahun 2022, pengguna GrabFood dan GrabMart di Indonesia memesan 1,5x lebih sering dibanding tahun 2019.

Hal ini juga tercermin dari Laporan Momentum Works pada tahun 2022 yang mengestimasikan Grab sebagai kontributor GMV utama bagi pengantaran makanan di Asia Tenggara dengan porsi sebanyak 54%, naik 16% dari tahun 2021.

3). Indonesia mulai bertransisi menjadi negara dengan pembayaran non-tunai dengan meningkatnya penggunaandompet digital hingga QRIS. Bank Indonesia mencatat nilai transaksi uang elektronik pada tahun 2022 tumbuh 30,84% dibandingkan pada 2021, yang mencapai Rp399,6 triliun.

4). Keberhasilan GrabElectric menunjukkan bahwa layanan yang ramah lingkungan juga diterima dengan baik oleh masyarakat, didukung dengan data internal Grab yang menunjukkan bahwa GrabElectric telah berhasil mengantarkan lebih dari 20 juta pesanan penumpang dan pengantaran di Indonesia. Kantar Sustainability Foundation Study juga menyebutkan bahwa 72% konsumen di Indonesia mempertimbangkan keberlanjutan ketika berbelanja.

Tak hanya ekonomi, saya juga melihat peluang besar bagi pertumbuhan layanan digital, khususnya dengan percepatan adopsi digital yang disebabkan oleh Covid-19. Kunci keberhasilan adalah bagaimana perusahaan seperti Grab dapat melahirkan inovasi yang menjawab kebutuhan pengguna melalui pemanfaatan teknologi secara berkelanjutan, termasuk di kota Tier-2 dan Tier-3.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Neneng Goenadi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper