Bisnis.com, JAKARTA - Shopee kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Langkah ini sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional.
"Shopee berkomitmen untuk memberikan dukungan bagi karyawan yang terdampak dari keputusan ini. Proses ini dilakukan mengikuti perundang-undangan dengan masa pemberitahuan 14 hari kerja sebelum tanggal kerja terakhir," demikian pernyataan manajemen Shopee Indonesia ketika dihubungi Bisnis, Kamis (9/3/2023)
Shopee memastikan karyawan yang terdampak akan mendapatkan pesangon sesuai ketentuan perundang-undangan dengan tambahan 1 bulan gaji dan bagi karyawan muslim tetap mendapatkan tunjangan hari raya (THR) sesuai ketentuan yang berlaku.
Seluruh karyawan yang terdampak juga masih dapat menggunakan asuransi kesehatan perusahaan hingga 3 bulan setelah hari kerja terakhir.
Di tengah isu PHK tersebut, induk Shopee, Sea Ltd baru-baru ini melaporkan untuk pertama kalinya membukukan laba kuartalan. Berdasarkan laporan kinerja kuartal IV/2022, Sea membukukan laba bersih senilai US$422,8 juta, setelah periode yang sama 2021 mencatatkan rugi bersih US$616,3 juta.
"Langkah kami untuk fokus pada efisiensi dan profitabilitas sejak akhir tahun lalu telah mendorong peningkatan laba yang berarti. Kami membukukan total pendapatan bersih yang positif pada kuartal keempat, menunjukkan kekuatan dan ketahanan model bisnis dasar kami dan kemampuan eksekusi tim kami," ujar Forrest Li, Chairman dan Group Chief Executive Officer Sea, dikutip dari Laporan Pendapatan Q4 dan Full Year 2022 Sea Ltd, Jumat (10/3/2023).
Untuk kinerja sepanjang 2022, posisi rugi bersih Sea membaik menjadi US$1,7 miliar dibandingkan posisi pada 2021 yang mencapai US$2 miliar.
Sementara itu, kinerja dari lini e-commerce, yakni Shopee, membukukan pendapatan US$2,1 miliar sepanjang kuartal IV/2022 atau naik 32 persen dibandingkan periode yang sama 2021.
Sejalan dengan kinerja kuartal IV/2022, Shopee juga membukukan pertumbuhan pendapatan 42 persen sepanjang 2022 dibandingkan realisasi sepanjang 2021.
"Ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan yang kuat dalam pendapatan utama marketplace. Pendapatan utama marketplace terdiri atas biaya berbasis transaksi maupun pendapatan iklan seiring kami memperdalam monetisasi dan melihat investasi yang lebih besar dari penjual di platform kami untuk melayani pembeli dengan lebih baik," kata Forrest.
Shopee untuk pertama kalinya mencetak kinerja positif untuk earning before interest tax, depreciation, and amortization (EBITDA) yang disesuaikan pada kuartal IV/2022, yakni mencapai US$196,1 juta. Pada kuartal IV/2021, EBITDA Shopee minus US$877,7 juta.
"Di pasar Asia, kami mencatat EBITDA yang disesuaikan positif sebesar US$320 juta pada kuartal IV/2022. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dari kuartal sebelumnya yang minus US$217 juta," tutur Forest.