Bisnis.com, JAKARTA - Kecepatan internet Indonesia turun peringkat dari sebelumnya 103 ke 110 secara global. Data tersebut dijelaskan dalam laporan yang diperbarui platform pengujian kecepatan internet Speedtest dari Ookla, baik itu seluler (mobile) maupun kabel/rumahan (fixed broadband).
"Peringkat Speedtest Global Index didasarkan pada kecepatan unduh rata-rata untuk mencerminkan kecepatan yang kemungkinan besar akan dicapai pengguna di pasar," demikian dikutip dari laporan tersebut, Minggu (23/10/2022).
Dengan kata lain, penurunan peringkat ini disebabkan oleh kecepatan rata-rata layanan internet seluler di Indonesia, terutama kecepatan unduh (download) yang menurun ke angka rata-rata 16,65 Mbps pada September 2022.
Padahal pada Agustus 2022, Ookla mencatat kecepatan download internet mobile di Tanah Air lebih dari 17 Mbps.
Namun begitu, kecepatan unggah (upload) dan kestabilan koneksi internet atau latency untuk internet seluler tetap stagnan, alias tidak turun atau naik. Yakni, kecepatan rata-rata upload internet mobile berkisar di angka 10,62 Mbps, sedangkan latency berada di angka 28 ms dengan jeda penerimaan data (jitter) 14 ms.
Sedangkan untuk kecepatan internet kabel/rumahan, Ookla sendiri mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat yang sama seperti bulan sebelumnya, yaitu peringkat 121 dunia per September 2022.
Posisi kecepatan internet fixed broadband ini stagnan karena performa download periode September 2022 sama dengan bulan sebelumnya yaitu sekitar 22,36 Mbps, dengan upload 10,65 Mbps, serta latency 7 ms dan jitter 6 ms.
Sementara itu baru-baru ini, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan pihaknya terus mengebut pembangunan infrastruktur digital secara masif dan merata.
Menurut Johnny, pembangunan infrastruktur digital jadi bagian penting pelaksanaan visi Kabinet Indonenesia Maju. Maka dari itu, Kemenkominfo akan terus memastikan konektivitas digital menjangkau seluruh wilayah di Indonesia.
“Infrastruktur digital hulu seperti fiber optik, backbone, middle mile, satelit, microwave link, base transceiver station [BTS] fisik dan digital terus menjangkau masyarakat kita untuk pemerataan pembangunan dan pembangunan yang berkeadilan. Ini salah satu visi dari Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin,” ujarnya.