Meneropong Dampak Resesi Global bagi Industri Telekomunikasi RI

Rahmi Yati
Senin, 18 Juli 2022 | 12:20 WIB
Teknisi memasang perangkat Base Transceiver Station (BTS) di salah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020)./Bisnis-Paulus Tandi Bonern
Teknisi memasang perangkat Base Transceiver Station (BTS) di salah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020)./Bisnis-Paulus Tandi Bonern
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian dunia tengah diliputi ketakutan akan terjadinya resesi global. Bukan saja Amerika Serikat (AS), sejumlah negara maju juga diperkirakan bakal masuk ke jurang resesi dalam waktu dekat.

Risiko resesi AS ini dinilai akan berdampak luas pada banyak sektor. Salah satu yang sudah mulai terlihat adalah adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa sejumlah perusahaan rintisan atau startup, bahkan menjalar hingga raksasa teknologi seperti Microsoft hingga Google.

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhamad Arif mengatakan apabila terjadi resesi ekonomi di AS, maka industri telekomunikasi Indonesia juga akan terkena dampaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hal itu akan berdampak pada kenaikan harga barang-barang impor yang dibutuhkan dalam penggelaran jaringan telekomunikasi, terutama barang-barang yang dibutuhkan industri, tetapi tidak diproduksi di Indonesia.

"Ini akan membuat perusahaan telekomunikasi mempertimbangkan investasi maupun belanja modal, sehingga growth perusahaan juga akan terhambat apabila terjadi resesi," kata Arif, Senin (18/7/2022).

Menurut dia, industri telekomunikasi akan kesulitan untuk menekan biaya operasional mengingat besarnya konsumsi bandwidth internasional. Sementara operator pun tidak mungkin menaikkan harga layanan karena akan meningkatkan inflasi.

Arif menambahkan, risiko resesi ini bisa berimbas ke semua segmen telekomunikasi seperti seluler, data center, ataupun internet. Semua sektor tersebut akan terdampak karena secara umum memiliki kesamaan dalam hal ketergantungan pada supply chain barang-barang dari luar negeri (impor).

"Namun saat ini, layanan telko sudah berupa paket-paket berbasis kuota/volume atau unlimited sehingga apabila terjadi resesi, maka operator telco akan terus berupaya bertahan dengan strategi penundaan belanja modal sampai harga barang-barang untuk penggelaran jaringan kembali stabil," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi melihat risiko resesi ini dampak utamanya adalah terhadap nilai tukar Rupiah. Kalau rupiah melemah, maka pembangunan telekomunikasi yang banyak dalam mata uang Dolar akan terkendala.

Selain itu, lanjut Heru, perlu dilihat apakah resesi AS akan berdampak terhadap resesi di Indonesia atau tidak. Sebab, ujungnya nanti akan berkaitan dengan daya beli masyarakat.

"Kalau [Indonesia] masuk resesi, maka daya beli akan melemah. Kalau daya beli bisa berdampak ke semuanya, termasuk sektor telekomunikasi dalam skala besar atau kecil," ujarnya.

Sebagai salah satu operator seluler Tanah Air, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengaku masih mempelajari atau mengkaji mengenai perkembangan kondisi ekonomi global tersebut.

Halaman:
  1. 1
  2. 2

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper