Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi yang dirilis oleh Nature mengungkapkan potensi adanya gempa yang dipicu oleh sesar aktif yang berada di beberapa kota besar barat laut Jawa.
Kota-kota yang memiliki sesar aktif gempa itu, menurut laporan tersebut seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang dan Purwakarta.
Kota-kota ini rentan terhadap gempa bumi yang disebabkan oleh patahan kerak aktif yang melintasi wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Sesar tersebut antara lain Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Garut, dan Sesar Cipamingkis.
Selain itu, kelima kota ini ditopang oleh medan geologis yang kompleks yang pada akhirnya muncul dari pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di sepanjang Palung Jawa.
Di wilayah ini, Lempeng Australia menunjam ke mantel atas pada sudut yang curam dan gempa bumi yang terjadi di sepanjang megathrust subduksi terkait yang menimbulkan bahaya terbesar bagi kota-kota terdekat.
Berikut penjelasan terkait 5 sesar yang melintasi kota Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang dan Purwakarta tersebut:
1. Sesar Cimandiri
Sesar Cimandiri dibagi menjadi enam segmen utama, yaitu Loji, Cidadap, Nyalindung, Cibeber, Saguling dan Padalarang. Segmen-segmen ini sebelumnya telah pecah untuk menghasilkan gempa bumi yang besarnya bervariasi dari Mw 6,5 hingga 6,9.
2. Sesar Lembang
Di ujung timur Sesar Cimandiri dapat ditemukan Sesar Lembang sepanjang 29 km sebelah kiri. Daryono dari BMKG memperkirakan memiliki slip rate ~ 3,45 mm/tahun dan mampu menghasilkan gempa hingga magnitudo 7,0.
3. Sesar Cipamingkis
Sesar aktif lainnya di wilayah ini adalah Sesar Cipamingkis yang terletak di ujung selatan Sesar Cimandiri dengan strike SW-NE14. Seismisitas yang tercatat pada tahun 2018 menunjukkan bahwa patahan ini aktif, tetapi slip rate dan segmentasi geologinya belum diketahui.
4. Sesar Garut
Selanjutnya ~ 80 km ke arah timur Sesar Cipamingkis, terdapat sesar aktif (Patahan Garut) dengan perkiraan panjang~ 36 km13. Sesar Cipamingkis dan Garut baru diidentifikasi dan memerlukan informasi lebih lanjut mengenai parameter patahannya.
5. Sesar Baribis
Koordinator Mitigasi Tsunami dan Gempa BMKG Daryono membenarkan laporan yang menyatakan ada sesar di wilayah Jakarta Selatan yang disebut sebagai sesar baribis terbukti aktif dan bisa memicu adanya gempa.
Dia mengatakan bukti aktifnya sesar itu dikaitkan dengan dua indikator. "Pertama, memiliki waktu geser 5 mm pertahun dan ada aktivitas gempa kecil di sana dengan kekuatan magnituro 2,3 sampai 3,1," ujarnya.
Sesar ini juga melewati kawasan Bekasi dan Tangerang.
Sesar yang mencelupkan selatan ini telah aktif selama Pleistosen akhir yakni Pleistosen suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 2.588.000 hingga 11.500 tahun yang lalu hingga Holosen atau kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung mulai sekitar 10.000 tahun radiokarbon, atau kurang lebih 11.430 ± 130 tahun kalender yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM).
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa gempa bumi antara Magnitudo 7,0 hingga 8,0 kemungkinan terjadi di Sesar Barbiris pada 22 Januari 1780 diikuti oleh peristiwa kedua antara Magnitudo 7.0 hingga 7.7 pada 10 Oktober 1834.
Dalam kasus terakhir, pemodelan elastis dan viskoelastik digunakan untuk menunjukkan bahwa Sesar Barbiris dapat menampung hingga 5 mm/tahun konvergensi antara Jawa dan Blok Sunda. Namun, tidak satu pun dari studi di atas menemukan bukti aktivitas gempa baru-baru ini.
Sebelumnya, status Sesar Baribis sebagai sesar aktif atau tidak aktif menjadi bahan perdebatan yang cukup banyak.
Data baru yang diperoleh dengan menyebarkan tujuh seismometer lubang bor, yang lebih sensitif terhadap peristiwa kecil dibandingkan dengan jaringan permukaan BMKG yang ada, menunjukkan bahwa total 12 gempa bumi yang terdeteksi terjadi sangat dekat dengan garis Patahan Baribis selama 2 tahun terakhir (Juli 2019–Juli 2021).
Kekuatan gempa yang terjadi kisaran antara magnitudo 1,9 hingga magnitudo 4,3.