Bisnis.com, JAKARTA - East Ventures, perusahaan modal ventura, mengatakan saat ini bukan hanya perusahaan rintisan atau startup saja yang mengalami kesulitan mendapatkan keuntungan.
Operating Partner East Venture David Fernando Audy mengatakan sebelum adanya isu pemutusan hubungan kerja (PHK) marak di startup Indonesia, East Venture selalu berhati hati dalam memberikan pendanaan baik di saat ekonomi sedang baik maupun pada saat sedang mengalami perlambatan.
David menilai dengan adanya The Fed di Amerika Serikat saat ini melakukan monetary tightening yang menyebabkan cost of fund menjadi mahal, sehingga pendanaan ekuitas dan refinancing utang menjadi lebih challenging. Situasi ini menyebabkan beberapa perusahaan-perusahaan sulit mendapatkan likuiditas, sehingga terpaksa gulung tikar.
"Perlu diingat, hal ini terjadi di seluruh industri, tidak spesifik industri teknologi," ujar David kepada Bisnis.com, Senin (20/6/2022).
David juga menambahkan bagi startup yang memiliki kinerja baik, semestinya tidak akan memiliki masalah kelangsungan usaha. Walaupun memang biaya financing akan lebih mahal.
Adapun belum lama ini, Head Marketing dan Media East Ventures Pheseline Felim juga mengungkapkan dari sisi East Ventures, tidak banyak berubah dalam memberikan investasi di Indonesia meskipun dengan adanya berita PHK yang beredar saat ini.
Hipotesa East Ventures berporos pada 2 hal utama, mendukung entrepreneur yang baik dan juga percaya kalau masih banyak kesempatan di ekonomi digital Indonesia.
"Malah menurut kami kita sedang menuju era keemasan digital. beberapa berita kurang sedap dari startup tidak merubah posisi tersebut, karena masih banyak fundamental startup-startup yang baik," ujar Pheseline kepada Bisnis belum lama ini.