Gelombang PHK Hantui Shopee, Ini Profil Lengkapnya

Muhammad Ridwan
Selasa, 14 Juni 2022 | 15:36 WIB
Konsumen menggunakan dompet digital ShopeePay saat melakukan pembayaran di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Konsumen menggunakan dompet digital ShopeePay saat melakukan pembayaran di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kabar gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tengah menghantui Shopee meski sepak terjangnya sebagai perusahaan rintisan pada bidang layanan belanja daring telah menyebar ke hampir seluruh penjuru negeri.

Startup e-commerce asal Singapura Shopee dikabarkan melakukan PHK untuk merasionalisasi bisnis miliknya, termasuk di Asia Tenggara dan Spanyol. 

Perusahaan rintisan yang pertama kali muncul pada 2015 tersebut mengawali sepak terjangnya di Singapura sebagai pusat belanja untuk segmen consumer to consumer (C2C). Perusahaan raksasa Sea Limited tercatat sebagai pemilik dari Shopee kala itu.

Platform berbasis aplikasi meluncurkan situs web untuk bersaing dengan situs e-commerce lain di kawasan Asia seperti Coupang, Lazada, Tokopedia, dan AliExpress.

Pergerakan Shopee sebagai platform marketplace daring tidak bisa terbendung. Hanya butuh waktu yang singkat sejak diluncurkan pertama kali di Singapura untuk Shopee menjamah negara-negara lainnya, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Shopee melebarkan sayapnya di Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Selain itu, Shopee berhasil masuk di Brasil dan menjadikan negara pertama di Amerika Selatan dan luar Asia yang berhasil dikunjungi.

Pada 2018, Gross Merchandise Value (GMV) Shopee mencapai US$10 miliar dengan lebih dari 600 juta transaksi yang telah dilakukan melalui platformnya.

Perkembangan Shopee tidak terhenti hanya sebagai platform e-commerce saja. Di Indonesia, Shopee mulai mempromosikan layanan pengantaran makanan siap saji di platform Shopee pada April 2020.

Diversifikasi bisnis tersebut berhasil membawa Shopee untuk menjadi pesaing pemain besar di bisnis tersebut yakni Gofood dan GrabFood.

Berdasarkan laporan dari DataIndonesia.id, sejumlah pemain lawas dan besar masih menguasai industri pesan-antar makanan daring. Per akhir 2021, Grabfood dan Foodpanda masih menguasai industri tersebut dengan GMV tertinggi.

Grabfood dalam hal ini memuncaki posisi penguasa pasar pesan-antar makanan daring dengan nilai sebesar US$7,6 miliar. Di posisi kedua ada Foodpanda dengan nilai GMV per akhir 2021 sebesar US$3,4 miliar. Sementara di posisi ketiga, bertengger Gofood milik GoTo yang memiliki nilai GMV pada periode yang sama sebesar US$2 miliar.

ShopeeFood menempati posisi keempat dengan nilai GMV sebesar US$900 juta per akhir 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper