Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah fenomena astronomi yang cukup langka yakni Strawberry Supermoon, akan menghiasi langit malam pada hari Selasa besok.
Ketika Bulan Purnama atau Bulan Baru terjadi di dekat jarak terdekat Bulan dengan Bumi, perigee-nya, sering disebut Supermoon
Seperti dikutip dari situs resmi Jet Propulsion Laboratiry NASA, peristiwa supermoon adalah fenomena antariksa di mana bulan berada dalam keadaan penuh dengan kondisi yang lebih terang, lebih besar dari bulan purnama biasa dan terasa lebih dekat dengan Bumi.
Bulan purnama bulan Juni akan tampak lebih besar dan terang dari biasanya. Itu karena bulan purnama Juni akan menjadi yang pertama dari dua supermoon berturut-turut, atau bulan purnama yang mengorbit dalam 90% dari pendekatan terdekatnya ke Bumi – titik yang dikenal sebagai perigee dalam astronomi.
Supermoon dapat muncul lebih besar dan hingga 16% lebih terang di langit daripada rata-rata bulan purnama, menurut timeanddate.com. Secara spesifik, superbulan bisa merupakan bulan purnama atau bulan baru, yang jaraknya dengan Bumi sekitar 10% atau kurang dari jarak lintasannya dengan Bumi.
Pada saat fenomena supermoon terjadi, bulan terlihat lebih besar dan lebih terang, meskipun perubahan jaraknya hanya beberapa kilometer
Mengutip dari website resmi Edukasi Sains Antariksa (LAPAN/BRIN), fenomena ini akan terjadi pada:
Selasa, 14 Juni 2022 Pukul 18.51 WIB/ 19.51 WITA/ 20.51 WIT (Pada Jarak 357.368 Km).
Hampir di seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan fenomena supermoon ini.
Supermoon berikutnya, juga disebut Buck Moon, terbit pada Rabu, 13 Juli.
Bulan purnama Juni akan menjadi bulan purnama terendah tahun 2022, dengan bulan terbit hanya 23,3 derajat di atas ufuk selatan pada awal 15 Juni bagi pengamat di Washington, D.C., kata NASA. Itu karena menjelang titik balik matahari musim panas pada 21 Juni.
Bulan purnama adalah salah satu peristiwa pengamatan bintang yang paling mudah untuk diamati dan target yang bagus bagi para astronom amatir yang baru mulai mengamati dengan teropong atau teleskop.
Peneliti Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang, menjelaskan, Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon) merupakan purnama yang terjadi di bulan Juni. Sedangkan Purnama Rusa Super (Full Buck Superrmoon) adalah purnama yang terjadi pada bulan Juli. Definisi ini juga dipakai untuk fase bulan baru.
“Penamaan ini berasal dari The Farmer’s Almanac (Almanak Petani Amerika). Pada bulan Juni dilakukan panen stroberi, sedangkan pada bulan juli rusa jantan muda mulai tumbuh tanduknya. Jadi penamaan ini sebenarnya berasal dari penanda musim dan perilaku hewan yang timbul pada musim-musim tertentu bagi penduduk asli Amerika,” terang Andi.
Andi menjelaskan, penyebab sebenarnya purnama kali ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan Bulan Purnama Super (Full Supermoon) atau yang secara teknis disebut Purnama Perige (Perigeal Full Moon). Sedangkan untuk Bulan Baru Stroberi bertepatan dengan Bulan Baru Mikro (New Micromoon) atau Bulan Baru Apoge (Apogeal New Moon).
“Bulan Baru Mikro kali ini diapit oleh dua Bulan Purnama Super yang terjadi pada dua bulan berturut-turut. Fenomena ini terakhir kali terjadi pada tahun 2004 dan 2013. Sehingga bisa dikatakan fenomena ini terjadi setiap sembilan tahun sekali. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 2031 dan 2040,” lanjutnya.
Lebih rinci, Andi membeberkan, Purnama Stroberi Super akan terjadi pada 14 Juni 2022, pada pukul 18.51 WIB/ 19.51 WITA/ 20.51 WIT, pada jarak 357.368 KM. Sedangkan Bulan Baru Stroberi Mikro akan terjadi pada 29 Juni 2022, pukul 09.52 WIB/ 10.52 WITA/ 11.52 WIT, pada jarak 406.569 KM. Lalu, untuk Purnama Rusa Super akan terjadi pada 14 Juli 2022, pukul 01.57 WIB/ 02.57 WITA/ 03.57 WIT, pada jarak 357.418 KM.
Andi menambahkan, untuk Bulan Baru Stroberi Mikro tidak dapat disaksikan sebelum matahari terbit, dikarenakan terbitnya yang lebih lambat dibandingkan matahari dan permukaan bulan yang menghadap bumi tidak terkena cahaya matahari sehingga tampak gelap.
“Untuk menyaksikan fenomena ini, masyarakat cukup arahkan pandangan sesuai arah terbit hingga terbenamnya bulan pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Fenomena ini bisa diamati tanpa perlu bantuan alat optik apapun, kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk foto ataupun video,” jelasnya.
Seperti pada fase bulan baru pada umumnya, tutur Andi, Purnama Stroberi Super, Bulan Baru Stroberi Mikro, maupun Purnama Rusa Super dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
“Adanya konfigurasi matahari-bumi-bulan atau bisa juga matahari-bulan-bumi yang berada di posisi segaris membuat timbulnya pasang yang lebih besar. Apalagi konfigurasi ini juga diperkuat dengan bulan yang berada di titik terdekatnya dengan bumi,” terang Andi.
Pasang laut tertinggi akan terjadi pada 14 Juni dan 14 Juli, sehingga disarankan bagi nelayan untuk tidak melaut di dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena ini, yakni antara 12 hingga 16 Juni, dan 12 hingga 16 Juli 2022.
“Perhitungan ini hanya mempertimbangkan faktor astronomis saja tanpa melihat gelombang laut akibat badai angin.” lanjut Andi.
Andi juga mengingatkan bahwa pasang laut pada 29 Juni 2022 secara astronomis juga perlu dipertimbangkan.
“Gaya pasang laut saat Bulan Baru Mikro adalah sebesar 52 persen dari gaya pasang laut saat Bulan Perbani Super. Sehingga perlu diwaspadai juga pasang laut ini antara dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena ini, yaitu antara 27 Juni hingga 1 Juli 2022.” tutup Andi.