Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyebut Pemerintah memiliki sejumlah program agar perusahaan rintisan dapat bernafas panjang di tengah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menerpa industri startup.
Juru Bicara Kementerian Kemkominfo Dedy Permadi mengatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mendorong ekosistem digital, salah satunya menyangkut startup di Indonesia.
"Kementerian Kominfo terus berkomitmen untuk mendorong ekosistem ekonomi digital yang kondusif, termasuk pemberdayaan startup melalui inisiasi berbagai flagship program," ujarnya saat dikonfirmasi, Minggu (5/6/2022).
Lebih lanjut, Dedy menjabarkan program yang dimaksud seperti Sekolah Beta yang merupakan program peningkatan pengetahuan dan keahlian mendasar para pemula dalam dunia startup dengan target kepesertaan 80.000 orang tiap tahunnya sejak 2021 hingga 2024.
Program lainnya, dia menyebutkan Pemerintah turut mendesain 1000 Startup Digital yang bertujuan untuk mencari serta mengkurasi ide kreatif dan mendorong minimum viable product dengan target 20.000 peserta tiap tahunnya hingga tahun 2024.
“Pemerintah melalui program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital terus melakukan pemantauan perkembangan kesuksesan startup sebagai hasil pelaksanaan program ini,” ujarnya.
Dia melanjutkan, melalui program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital tersebut sudah terdapat sekitar 1.300 startup yang ikut dalam program ini sejak 2016 dan ada sekitar 10 persen yang masih bertahan.
Tidak hanya itu, Pemerintah juga merilis program Startup Studio ID sebagai sekolah founders bagi perusahaan rintisan digital untuk mengembangkan product market-fit dan mendorong eskalasi bisnis melalui peningkatan jumlah akuisisi pelanggan, dengan target 60 orang C-level/founders setiap tahunnya hingga 2024.
Terakhir, program Hub.ID hadir sebagai fasilitator business matchmaking antara para startup dan calon investor dari pihak korporasi swasta, BUMN, Angel Investor, dan Venture Capital.
Baca Juga Peran MSG Terhadap Selera Makan Lansia |
---|
Berdasarkan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh Failory, perusahaan rintisan di Indonesia mengalami kegagalan akibat faktor managerial, seperti kurangnya pengalaman dan visi jelas dari founder dan kurangnya fokus dalam menjalankan bisnis.
Selain itu, terdapat pula tantangan dari segi populasi di mana pada 2021, sebanyak 51 persen populasi Indonesia belum memiliki akses terhadap bank atau unbanked.
Selain itu, dia menambahkan hal menjadi tantangan bagi startup untuk melibatkan pelanggan potensial secara finansial, terutama di daerah pedesaan. Kemudian, jika ditinjau dari segi kecakapan digital, skor digital skill Indonesia masih tergolong sedang yakni sebesar 3.44 dari indeks 5.00.
Dedy meyakini, hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat bahwa pengembangan usaha rintisan tidak hanya membutuhkan pemilik usaha yang cakap digital namun konsumen yang mampu memanfaatkan teknologi digital secara cermat.
"Dengan pelaksanaan program-program tersebut, Kementerian Kominfo terus mendukung kehadiran startup di Indonesia dan mengupayakan pertumbuhan industri perusahaan rintisan semakin kuat sehingga turut menggerakkan perekonomian negeri melalui teknologi digital," tutur Dedy.
Sekadar informasi baru-baru ini sejumlah startup di Indonesia mengalami gelombang PHK dalam waktu bersamaan, seperti LinkAja, Zenius, SiCepat, Zenius hingga JD.ID
Sementara itu, di luar negeri, situasinya juga memburuk bagi sebagian startup. Penelusuran dari agregator layoffs.fyi menyebut total 15 ribu pegawai di jagat teknologi kehilangan pekerjaannya di berbagai negara.