Gandeng CrowdStrike, Virtus Dukung Keamanan Siber saat WFH dan Bekerja Jarak Jauh

Rahmi Yati
Selasa, 31 Mei 2022 | 17:31 WIB
Virtus Technology Indonesia/virtus
Virtus Technology Indonesia/virtus
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Virtus Technology Indonesia (Virtus), penyedia solusi infrastruktur IT bekerja sama dengan CrowdStrike, perusahaan solusi keamanan endpoint berbasis cloud-delivered dalam rangka memberi solusi keamanan siber bagi perusahaan yang menerapkan kerja jarak jauh dan Work From Home (WFH).

Direktur Virtus Christian Atmadjaja mengatakan perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai hari ini bisa mendapatkan solusi keamanan endpoint dari jaringan mitra bisnis Virtus yang tersebar di seluruh Tanah Air.

Menurutnya, penggunaan teknologi endpoint saat ini makin meningkat seiring dengan adopsi penerapan new ways of working seperti WHF dan bekerja dari jarak jauh.

"Meskipun cara bekerja yang baru mampu tetap menjaga produktivitas maupun kesehatan karyawan di tengah pandemi Covid-19, ternyata hal ini juga malah menghadirkan kerentanan bagi jaringan internet perusahaan, karena jadi celah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber," ujar Christian, Selasa (31/5/2022).

Adapun anak perusahaan CTI Group ini melihat ada tiga alasan kenapa keamanan endpoint jadi tantangan tersendiri bagi industri. Pertama, threat sophistication atau kecanggihan ancaman di mana para pelaku saat ini sudah memiliki metode tradecraft yang unggul dan memudahkan untuk menyerang target.

Kedua, adalah outmoded defences atau sistem pertahanan yang sudah ketinggalan zaman. Pasalnya, banyak orang masih berfokus pada serangan malware saja, padahal penyerang terus berevolusi.

"Mereka sekarang menggunakan teknik tanpa file yang dengan mudah melewati antivirus dan bisa terlihat seperti user yang sah untuk mencuri kredensial. Jadi perusahaan yang hanya memiliki strategi yang berfokus pada malware saja, bisa melewatkan model ancaman lainnya," ucapnya.

Lebih lanjut dia menambahkan menurut laporan dari "Crowdstrike Global Threat Report 2020", lanskap ancaman yang kini dihadapi oleh bisnis sekitar 49 persen adalah malware dan 51 persen lainnya non-malware berupa hacktivist, kejahatan siber, kriminal yang terorganisir, serangan internal, penyalahgunaan privileged account, hingga kejahatan yang sulit dicegah karena dilindungi dan dikoordinasi oleh negara.

Untuk melawan peningkatan ancaman itu, imbuh Christian, banyak perusahaan menambahkan lebih banyak produk dari berbagai merek yang berbeda ke tumpukan solusi keamanan yang ada, yang justru meningkatkan biaya dan kompleksitas lingkungan mereka.

"Dengan begitu muncul alasan ketiga yaitu solution complexity atau solusi yang terlalu kompleks.” ujar dia.

Senior Director APJ Alliances CrowdStrike Jon Fox menambahkan layanan yang mereka berikan memanfaatkan indikator serangan secara real-time, threat intelligence dan telemetri yang diperkaya untuk kemampuan deteksi berakurasi tinggi.

Alhasil, lanjut dia, perusahaan dapat menghadirkan deteksi yang sangat akurat, serta perlindungan dan perbaikan otomatis, perburuan ancaman yang elit, dan observabilitas yang memprioritaskan kerentanan.

“CrowdStrike mengamankan area paling kritis dari perusahaan yaitu endpoint dan beban kerja cloud, identitas, serta data, untuk menjaga pelanggan tetap selangkah lebih depan dari ancaman terbaru dan menghentikan serangan," tutur Jon Fox.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmi Yati
Editor : Kahfi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper