Ini Biang Kerok Startup Zenius hingga JD.ID Terpaksa PHK Karyawan

Rahmi Yati
Jumat, 27 Mei 2022 | 12:04 WIB
Ilustrasi perusahaan rintisan (startup) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)/Dice Insights
Ilustrasi perusahaan rintisan (startup) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)/Dice Insights
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perusahaan rintisan (startup) mulai memilih strategi efisiensi lewat pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawannya. Hal ini diprediksi terjadi karena beberapa hal seperti efek naiknya suku bunga, kondisi makro ekonomi yang saat ini terjadi, hingga pandemi Covid-19.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura menilai fenomena ini sebenarnya sudah bisa diprediksi sejak lima tahun terakhir, khususnya bagi startup-startup baru. Terlebih, sejauh ini dia melihat perusahaan rintisan hanya fokus pada perolehan transaksi dan valuasi, bukan profit.

"Akan tetapi, PHK karyawan ini juga pastinya tidak menyelesaikan masalah. Misalkan pengeluaran mereka Rp2 triliun sebulan, kalau misalnya sebulan itu profitnya nggak sampe Rp2 triliun, berarti mereka masih merah [rugi] terus," kata Tesar, Jumat (27/5/2022).

Menurut Tesar, PHK karyawan memang langkah efisiensi yang paling mudah dilakukan untuk jangka pendek. Namun, keberadaan sumber daya manusia (SDM) ini juga bukan satu-satunya penyebab tingginya pengeluaran perusahaan.

Justru dia melihat, strategi promosi besar-besaran yang kerap dilakukan startup jadi penyebab utama mereka tidak mampu bertahan. Misalnya biaya yang harusnya sebanyak Rp10 miliar per bulan, tetapi bisa membengkak akibat biaya promosi melalui televisi, baliho, cashback, hingga diskon.

"Itu yang saya bilang bakar duit, jadi mereka melakukan bisnis model yang kurang tepat," ucap Tesar.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, fenomena ini mulai mencuat setelah beredar kabar PHK karyawan oleh startup bidang edukasi Zenius, dompet digital pelat merah LinkAja, disusul platform dagang-el (e-commerce) JD.ID.

Zenius mengumumkan adanya PHK terhadap 25 persen karyawannya atau lebih dari 200 karyawan. Berdasarkan pernyataan manajemen, ini dilakukan karena EduTech ini sedang mengalami dampak dari kondisi makro ekonomi yang saat ini terjadi sehingga merasa perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan.

Sementara itu, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau LinkAja mengungkapkan melakukan reorganisasi yang berdampak pada PHK sejumlah karyawan. Meski begitu, mereka memastikan jumlah yang direorganisasi kurang dari 200 karyawan.

Startup e-commerce JD.ID juga melakukan langkah serupa. Upaya improvisasi dan pengambilan keputusan ini dilakukan agar platform tersebut dapat terus beradaptasi dan selaras dengan dinamika pasar dan tren industri di Indonesia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper