Kerja dari Kantor Sudah Ketinggalan Zaman, Saatnya Pakai Sistem Hybrid

Rahmi Yati
Selasa, 24 Mei 2022 | 23:50 WIB
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan sanksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali delapan sektor yang memang diizinkan./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan sanksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali delapan sektor yang memang diizinkan./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sejalan dengan pandemi Covid-19 yang mulai terkendali kendati belum masuk masa endemi, perkantoran di Jabodetabek sudah bisa menerapkan work from office (WFO).

Para pekerja diminta untuk kembali ke kantor setelah hampir 2 tahun menjalankan tugasnya dari rumah atau work from home (WFH). Hal tersebut sejalan dengan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1.

Dalam aturan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 26/2022 tentang PPKM Jawa-Bali dan Inmendagri No. 27/2022 tentang PPKM di Luar Jawa-Bali, perkantoran baik pemerintah maupun swasta bisa memerintahkan pekerjanya yang sudah divaksin Covid-19 untuk masuk 100 persen ke kantor lagi.

Padahal, masa pandemi Covid-19 sempat menjadi momentum bangsa ini untuk bisa mengakselerasi transformasi digitalnya. Tak terkecuali untuk urusan pekerjaan kantoran.

Sistem kerja offline atau dari kantor secara total disebut merupakan sebuah bentuk keterbelakangan di era digitaliasi. Saat ini, pola atau sistem kerja hybrid dinilai jadi solusi terbaik.

Pengamat Komunikasi dan Media Digital dari Universitas Muhammadiyah Tangerang Rully Yose mengatakan sistem hybrid merupakan solusi di tengah segala kebuntuan masalah, bahkan sebelum pandemi Covid-19.

Menurutnya, kepadatan aktivitas dan pola lama yang sebelumnya terjadi menemui titik jenuh sehingga pandemi jadi pemantik untuk perubahan.

"Menurut saya kalau perusahaan atau kampus masih ingin menganut pola aktivitas offline, justru suatu keterbelakangan di tengah teknologi yang kian canggih. Entah tak sanggup berinovasi atau tak mampu beradaptasi," katanya, Selasa (24/5/2022).

Sementara itu, laporan terbaru dari Work Trend Index tahunan Microsoft menunjukkan bahwa sebanyak 66 persen pekerja di Indonesia lebih mempertimbangkan untuk beralih ke sistem kerja remote atau hybrid.

Modern Work & Security Business Group Lead Microsoft Indonesia Wahjudi Purnama mengatakan pandemi yang telah berlangsung selama kurang lebih dua tahun ini mengubah cara masyarakat memaknai pekerjaan dalam kehidupan secara signifikan.

"Maka dari itu, tantangan bagi setiap organisasi adalah bisa memenuhi ekspektasi para karyawan, sambil menyeimbangkannya dengan pencapaian bisnis di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu,” ujar Wahjudi saat memaparkan hasil surveinya secara daring, Selasa (24/5/2022).

Menurutnya, fleksibilitas dan wellbeing telah jadi hal yang tidak bisa kita kompromikan. Dengan menyambut dan beradaptasi terhadap ekspektasi baru tersebut, organisasi justru dapat menyiapkan setiap karyawan dan bisnisnya untuk meraih kesuksesan jangka panjang.

Pasalnya, ujar Wahjudi, penelitian yang dilakukan perusahaan menunjukkan sebanyak 48 persen karyawan di Indonesia mengatakan mereka cenderung lebih memprioritaskan kesehatan dan wellbeing dibandingkan pekerjaan, dari pada sebelum pandemi.

Namun di sisi lain, manajer mengalami dilema antara kepemimpinan dan ekspektasi karyawan. Sebab, sebanyak 60 persen pemimpin di Indonesia mengatakan perusahaan mereka berencana untuk kembali ke mode kerja dari kantor (WFO) secara penuh pada tahun depan, lebih tinggi dibandingkan data global yang berada di 50 persen.

"Namun, 66 persen pekerja di Indonesia lebih mempertimbangkan untuk beralih ke kerja remote atau hybrid," tuturnya.

Merespons hal tersebut, Microsoft telah memperkenalkan berbagai inovasi produk yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman kerja hybrid agar bisa lebih efektif bagi semua orang. Sejumlah inovasi baru tersebut dihadirkan melalui Microsoft Teams, Microsoft 365, dan Windows 11.

Khusus Microsoft Teams, saat ini perusahaan telah menghadirkan beberapa pembaruan seperti Teams Connect shared channels yang memungkinkan kolaborasi dengan orang-orang di dalam dan luar organisasi dari satu ruang kerja bersama. Fitur ini sudah tersedia dalam versi pratinjau publik.

Untuk menjembatani kesenjangan antara ruang kerja digital dan fisik, sebuah layout baru untuk rapat di Teams Rooms, yaitu front row, kini juga sudah tersedia dalam versi pratinjau.

Inovasi lainnya, adalah solusi layar berkemampuan sentuh baru untuk Teams Rooms dari Neat dan Yealink yang sedang dalam proses sertifikasi untuk Teams Rooms di perangkat Android.

Kemudian dalam Microsoft 365, untuk meningkatkan pengalaman brainstorming secara hybrid, menyelesaikan tugas, dan membuat keputusan bersama tanpa harus beralih tempat atau aplikasi, Microsoft memperkenalkan komponen Loop dalam email Outlook.

Proses RSVP untuk meeting di Outlook sekarang memungkinkan peserta untuk mencatat apakah mereka berencana menghadiri meeting secara langsung atau secara virtual.

Terakhir, Windows 11 dapat membantu organisasi menjawab tantangan keamanan baru dari tempat kerja hybrid, baik untuk sekarang maupun di masa depan dengan built-in chip untuk proteksi cloud.

Beberapa fitur baru yang diperkenalkan, antara lain deteksi dan perlindungan terhadap phishing yang diintegrasikan ke dalam Windows dengan Microsoft Defender SmartScreen.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat sistem kerja hybrid memang jadi pilihan saat ini terutama di era transformasi digital.

Menurutnya, mayoritas pekerja sekarang senang dan lebih memilih skema kerja secara online karena bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.

"Namun memang tidak semua kerjaan bisa online seperti kerjaan yang memang harus ke lapangan atau juga yang harus ambil keputusan. Makanya, hybrid memang jadi pilihan," katanya, Selasa (24/5/2022).

Kendati demikian, Heru menyebut temuan tersebut berasal dari perspektif pekerja. Sementara bagi perusahaan, jika pandemi berubah jadi endemi tentunya para atasan lebih senang pola kerja offline.

Sebab, lanjut dia, dengan bekerja langsung di kantor, para pekerja ini bisa lebih fokus, mudah dipantau, khususnya mereka yang harus memberikan layanan pada pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper