Pegiat Startup Tanah Air Perlu Belajar dari Kisah Anjloknya Valuasi Zilingo dan BharatPe

Aziz Rahardyan
Selasa, 19 April 2022 | 01:06 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air, terutama yang masih dalam fase lahir dan tahap awal (seed & early stage), harus mulai memahami pentingnya menerapkan standar tata kelola sejak dini.

Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo mengungkap hal ini demi menanggapi fenomena startup-startup global yang valuasinya anjlok, padahal telah memasuki fase pertumbuhan atau fase lanjut (growth stage atau later stage), bahkan sudah hampir mencapai status unikorn.

Oleh sebab itu, Eri mengingatkan para pegiat startup di Tanah Air agar memegang kuat prinsip tata kelola alias governance sebagai kunci penciptaan nilai (value creation) sejak dini.

"Karena valuasi yang dibentuk secara scientific dan matematis, tidak akan begitu berarti, bahkan bisa hilang dalam sekejap, apabila startup sekaligus founder dan co-founder tidak bisa menjaga kredibilitas dan integritas," ujarnya dalam diskusi virtual UI Investment & Startup Forum, dikutip Senin (18/4/2022).

Sebagai contoh, baru-baru ini mencuat kisah platform marketplace dan enabler pelaku usaha bidang fesyen, Zilingo yang memberhentikan sementara CEO-nya sendiri akibat dugaan malpraktik pencatatan keuangan. Begitu pula platform tekfin asal India bernama BharatPe, mendepak salah satu co-founder yang diduga menggelapkan dana.

"Sekarang, akhirnya valuasi kedua perusahaan anjlok. Jadi para founders startup, sejak awal harus memahami pentingnya implementasi dari tata kelola. Karena ingat, value creation hanya bisa dicapai lewat menjaga kredibilitas dan kepercayaan di mata investor," tambahnya.

Eri mengungkap fenomena bahwa pada suatu masa, founder startup akan menghadapi tantangan mengalahkan egonya sendiri. Founder jangan sampai lupa bahwa setelah mendapatkan pendanaan, artinya ada pihak-pihak lain yang ikut memiliki perusahaan.

Oleh sebab itu, menjaga kredibilitas entitas bisnis sekaligus personal merupakan tanggung jawab besar bagi para 'bos startup'. 

Beberapa aspek yang Eri soroti masih kerap menjadi persoalan buat segelintir startup di Indonesia, antara lain munculnya konflik kepentingan, aksi korporasi yang tidak dihiasi dengan komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, serta proses pengelolaan arus kas yang minim mitigasi risiko.

"Saya melihat masih ada founder yang merasa dia yang membangun bisnisnya, mulai sukses, akhirnya segala rencana dieksekusi langsung dan mengabaikan tata kelola yang benar. Seperti contoh kecilnya, soal tidak berhubungan dulu dengan komisaris selaku wakil pemegang saham," ungkap Eri.

Ke depan, menilik telah ada beberapa contoh startup jumbo di Tanah Air yang membuktikan diri mampu menggalang dana lewat penawaran umum perdana saham (IPO), Eri melihat bahwa ini bisa menjadi momentum startup-startup seed stage & early stage mulai membiasakan diri memiliki tata kelola dengan standar tinggi sejak dini.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper