Bisnis.com, JAKARTA - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengakui bahwa target pembangunan Base Transceiver Station (BTS) di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) tidak sesuai rencana.
Adapun Direktur Sumber Daya dan Administrasi Bakti Fadhilah Mathar mengatakan terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab molornya pembangunan BTS tersebut, seperti tantangan alam, persoalan logistik, transportasi, ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), ditambah dengan situasi keamanan yang kurang kondusif di beberapa wilayah, serta terganggunnya supply chain perangkat akibat pandemi Covid-19.
Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi meminta semua pihak dapat memahami alasan molornya proyek tersebut. Pasalnya, dia menyadari betul kendala yang dihadapi Bakti dalam pengerjaan pembangunan BTS itu.
"Informasi yang disampaikan Bakti sama dengan pengecekan kami di lapangan. Kendalanya banyak. Apalagi misal wilayah Papua. Masalah geografis, keamanan, transportasi pengiriman material, ada juga pejabat lokal Pemerintah Daerah yang mempersulit. Jadi memang tidak mulus. Belum lagi harga dari main contractor ke subcontractor yang kecil membuat banyak subcontractor merugi," ujar Heru, Jumat (15/4/2022).
Dengan begitu, menurutnya keterlambatan pembangunan tersebut harus dimaklumi. Namun di sisi lain, Bakti terus dituntut melakukan percepatan pembangunan agar target dapat dicapai dan dipenuhi. Pun bila harus terlambat, tidak akan terlalu lama dari kurun waktu yang ditetapkan.
Bukan itu saja, dia juga berharap Bakti dapat menyelesaikan persoalan yang muncul di lapangan. Misalnya, harga ke subkontraktor dinaikkan dan pemenang lelang juga harus diberi arahan agar tidak mengambil untung terlalu banyak.
"Terkait keamanan juga semoga lebih kondusif dengan harapan TNI dan Polri bisa mengawal pembangunan proyek BTS ini. Kemudian pejabat Pemda juga harus mendukung bukan mempersulit apalagi berusaha mendapatkan keuntungan dari proyek ini. Jadi perlu kerja bersama dan sama-sama merasa harus segera menuntaskan proyek ini," imbuh Heru.
Lebih lanjut Heru kembali menegaskan, sebenarnya upaya Bakti sudah maksimal dalam mengebut pengerjaan proyek tersebut. Hanya saja, banyak kendala yang di luar kendali Bakti.
"Namun upaya dan kerja lebih keras lagi tetap diharapkan dari Bakti. Kalau perlu ditambah personel yang me-manage proyek day to day agar diketahui progress-nya. Dan jangan sungkan-sungkan keliling turun lapangan untuk mengetahui kendala di lapangan dan mencari solusi bersama agar proyek ada percepatan dan selesai sesuai jadwal," tambah dia.
Sebagai informasi, saat ini, rata-rata progress pembangunan BTS 4G Fase I adalah 86 persen dengan 1.900-an lokasi dari target 4.200 telah on air.
Bakti memastikan akan terus berupaya mengebut pembangunan BTS tahap I hingga total target 4.200 desa dapat selesai 100 persen pada tahun ini. Apalagi, pemerintah telah mengalokasikan dana pembangunan sebesar Rp11 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sementara untuk pembangunan BTS 4G tahap II di 3.704 lokasi, akan dilakukan bertahap sesuai dengan ketersediaan fiskal. Tahun 2022, anggaran yang ada akan dialokasikan untuk pembangunan BTS 4G di 2.300 lokasi (sisa dari target 4.200 lokasi untuk tahap I).