Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengatakan sebanyak 113 wilayah siaran di 173 kabupaten/kota belum tercakup dalam wilayah program migrasi TV analog ke digital atau Analog Switch Off (ASO) lantaran belum terlayani siaran TV terestrial analog.
Direktur Pengembangan Pitalebar Kemenkominfo Marvels Situmorang mengatakan kendala utama yang membuat masih banyak wilayah di Indonesia tidak mendapat layanan televisi terestrial adalah keadaan atau kondisi geografis dan biaya pembangunan infrastruktur yang cukup mahal.
"Selama ini masyarakat di daerah yang belum terjangkau [siaran terestrial] menikmati siaran TV melalui sistem satelit dengan antena parabola. Ada yang berbayar/berlangganan, ada yang gratis yang masyarakat cukup membeli antena dan receiver-nya saja," kata Marvels, Selasa (12/4/2022).
Menurutnya, perubahan teknolologi penyiaran dari analog ke digital menjadi momentum untuk meningkatkan jangkauan siaran TV di daerah-daerah yang saat ini belum tercakup siaran analog.
Guna mewujudkan hal itu, sambung dia, Kemenkominfo berencana menjadikan 113 wilayah siaran di 173 kabupaten/kota yang tidak tercakup wilayah ASO itu masuk dalam sasaran Digitalization Broadcasting System (DBS).
"Melalui program DBS, akan dilakukan pembangunan sistem penyiaran digital high end [pemancar, studio dan capacity building] bagi Lembaga Penyiaran Publik [LPP] TVRI. Program ini selain meningkatkan jangkauan siaran digital TVRI juga untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas LPP TVRI setara dengan lembaga penyiaran publik dunia seperti NHK, BBC, dan lainnya," tutur Marvels.
Senada dengan Marvels, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward juga menyebut kondisi geografis Indonesia menjadi kendala dalam pemerataan siaran TV terestrial.
"Indonesia kan negaranya luas banget, ujung ke ujung. Istilahnya kita kalau pakai terestrial aja nggak bisa karena ada namanya lengkung bumi yang mempengaruhi jangkuan siaran," ujar Ian.
Dengan begitu, menurutnya, solusi yang tepat saat ini adalah dengan menggunakan Digital Video Broadcasting - Satellite atau DVB-S seperti parabola. Perangkat ini akan lebih murah apalagi mengingat jumlah pelanggan di wilayah tersebut tidak terlalu banyak.
"Ke depan mungkin bisa dikaji lebih lanjut ya mungkin ada bantuan perangkat dan lainnya yang bisa diberikan. Cuma masalahnya yang mahal itu kan biaya distribusinya mengingat geografisnya tadi," imbuh Ian.
Sebagaimana diketahui, pemerintah terus bersiap melakukan migrasi TV analog ke digital atau ASO dengan tahap pertama dimulai pada akhir bulan ini. Rupanya, tidak semua wilayah Tanah Air yang terkena suntik mati TV analog tersebut.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menjelaskan 341 kabupaten/kota saat ini terlayani televisi terestrial analog.
Wilayah tersebut akan jadi sasaran dilakukannya ASO yang dibagi dalam tiga tahap, mulai 30 April hingga 2 November 2022.
Di sisi lain, dia menyebut terdapat 113 wilayah siaran di 173 kabupaten/kota yang tidak tercakup wilayah ASO yang kebanyakan ada di wilayah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T). Mereka belum bisa mencicipi siaran TV digital dalam waktu dekat dan akan menjadi sasaran DBS sebagai tahap akhir digitalisasi siaran TV di Indonesia.