Matahari Semburkan 17 Letusan, Bumi Kena Badai Matahari Hingga 1 April

Mia Chitra Dinisari
Rabu, 30 Maret 2022 | 14:29 WIB
Letusan matahari/space
Letusan matahari/space
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Setidaknya 17 letusan matahari dari satu bintik matahari di matahari telah meledak ke luar angkasa dalam beberapa hari terakhir, termasuk beberapa partikel bermuatan yang dapat membuat pertunjukan langit berwarna-warni di Bumi.

Letusan matahari tersebut berasal dari bintik matahari yang terlalu aktif, disebut AR2975, yang telah mengeluarkan flare sejak Senin (28 Maret).

Akibat fenomena tersebut, kita mungkin akan segera melihat beberapa badai langit moderat di Bumi karena peristiwa bintang.

Bintik matahari adalah letusan pada matahari yang terjadi ketika garis magnet berputar dan tiba-tiba sejajar kembali di dekat permukaan yang terlihat. Terkadang, ledakan ini dikaitkan dengan coronal mass ejections (CMEs), atau aliran partikel bermuatan yang melesat ke luar angkasa. Solar Dynamics Observatory milik NASA menangkap pemandangan menakjubkan dari letusan matahari, seperti halnya Solar and Heliospheric Observatory.

"Letusan telah melemparkan setidaknya dua, mungkin tiga, CME ke Bumi," tulis SpaceWeather.com melansir space.com.

NASA dan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, situs web menambahkan, CME pertama akan tiba pada Kamis (31 Maret), dengan setidaknya satu lainnya diharapkan pada Jumat (1 April).

Pemodelan menunjukkan bahwa partikel dapat menghasilkan badai geomagnetik G2 atau G3 (sedang), meskipun aurora (cahaya utara dan cahaya selatan) sangat sulit diprediksi.

Tahun 2022 diperkirakan relatif tenang untuk matahari secara keseluruhan, karena kita masih menuju awal siklus aktivitas matahari 11 tahun yang dimulai pada Desember 2019. Awal siklus biasanya memiliki lebih sedikit bintik matahari dan lebih sedikit letusan. Aktivitas akan meningkat saat kita mendekati puncaknya, diperkirakan pada pertengahan 2025.

Para ilmuwan memperdebatkan seberapa kuat siklus matahari saat ini, meskipun perkiraan sejauh ini menunjukkan bahwa jumlah rata-rata bintik matahari mungkin lebih rendah dari biasanya.

Meskipun kemungkinan badai ini hanya skala sedang, NASA dan badan antariksa lainnya mengawasi aktivitas matahari untuk meningkatkan prediksi cuaca matahari. Suar kuat yang mengarah ke Bumi, bersama dengan CME yang besar, dapat menyebabkan masalah seperti merusak saluran listrik atau menonaktifkan satelit.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper