Bisnis.com, JAKARTA - Aplikasi Dagangan, startup pemasok kebutuhan pokok menilai Ramadan sebagai peluang untuk menaikkan transaksi dan jumlah pasokan ke daerah-daerah di pulau Jawa.
Co-Founder & CEO Dagangan Ryan Manafe menyebut selama Ramadan perusahaannya menargetkan kenaikan permintaan dan pengiriman pasokan hingga 60 persen dibandingkan bulan-bulan biasa.
"Minimal akan naik 30 - 40 persen, tetapi jika semua permintaan kita penuhi, targetnya 50 - 60 persen, bahkan bisa lebih, dua kali lipat dibandingkan bulan biasanya," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (29/3/2022).
Ryan cukup optimistis karena Ramadan tahun ini merupakan momen pertama pandemi yang bisa dijalani tanpa adanya pembatasan ketat. "Ini kesempatan karena konsumsi pulih dan permintaan kemungkinan tinggi," ujarnya.
Namun, dia mengatakan saat ini pasokan barang sedang mengalami banyak kendala, termasuk kebutuhan pokok. Dengan itu Dagangan mengupayakan agar pasokan ke daerah tetap terkendali.
Untuk memastikan pasokan barang dari produsen sampai ke daerah-daerah pelosok, Ryan mengaku telah menggandeng pemerintah daerah, Polri, dan juga TNI.
"Kami gandeng aparat keamanan, karena ada beberapa pihak yang kalau kami tidak jual ke grosir, mereka marah, mafianya marah. Kalau kita gandeng Pemda, TNI/Polri pasokan dijamin aman sampai ke masyarakat dengan harga wajar," ujarnya.
Nantinya, menurut Ryan, selain membantu distribusi kita ke daerah, markas Kodim dan fasilitas Pemda akan digunakan untuk menggelar pasar murah, terutama di Jawa Tengah.
Dia menjelaskan, Dagangan akan fokus untuk memasok beberapa jenis produk yang diperkirakan banyak diminati atau dibutuhkan saat Ramadhan seperti sembako, air mineral kemasan, aneka minuman seperti Teh Pucuk.
"Banyak daerah minta barang, tetapi suplainya susah dicari. Permintaan datang dari warung dan perorangan di kampung-kampung," ujarnya.
Ryan menjelaskan, selain ketersediaan barang, kendala lain yang coba diantisipasi adalah ketepatan pengiriman barang. Hal itu karena lalulintas di Jawa mulai kembali ramai.
Kalau pengiriman telat, itu bisa menciptakan pandangan dari konsumen di hilir bahwa kita kurang barang, di order berikutnya mereka naikin lagi, nah ini memperlebar jurang antara suplai dan permintaan, alhasil harga makin naik, itu kita antisipasi," ujar Ryan.