Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan akademisi menilai penerapan tarif yang terus menurun terhadap pengemudi ojek online adalah bukti kerentanan bisnis startup yang mengandalkan sistem bakar uang dan promo.
Peneliti di Institute of Governance and Public Affairs (IGPA) Universitas Gadjah Mada Arif Novianto menyebut perusahaan rintisan atau startup seperti Gojek dan Grab memiliki model bisnis yang rentan. Pasalnya, para startup tersebut mengandalkan promo dan diskon untuk menggaet konsumen serta memanfaafkan pekerja murah dengan status mitra.
"Tarif yang dikenakan ke konsumen makin meningkat, tetapi tarif minimum yang diperoleh para mitra pengemudi justru turun," ujarnya, Minggu (27/3/2022).
Arif mengatakan para startup seperti Grab dan Gojek akan menuai keuntungan jika mampu memonopoli pasar. Dengan demikian, mereka berusaha bersaing menggunakan promo dan diskon.
"Namun itu sulit karena pesaing baru terus lahir, persaing para aplikator ini terjadi dan imbasnya justru driver menjadi korban," ujarnya
Menurut Arif, perlu peran pemerintah sebagai regulator yang mampu memastikan para pengelola aplikasi menjelankan aturan yang sudah tersedia dan menjamin hak-hak pekerja.
Sebagai informasi, dalam akun Twitternya, peneliti di Institute of Governance and Public Affairs (IGPA) Universitas Gadjah Arif Novianto, pada Kamis (24/3/2022) menyebut telah terjadi aksi demonstrasi dari pengemudi ojol dalam skala besar.
"Informasi yang saya terima, terjadi pemogokan [off bid] di sekitar 13 kabupaten/kota dan ada 3 kota yg menggelar aksi massa. Meluasnya aksi tersebut akibat makin dikuranginya kesejahteraan ojol," ujarnya, Minggu (27/3/2022).
Seperti dilaporkan oleh Solopos.com, ribuan pengemudi ojek online yang tergabung dalam Paguyuban Gojek Driver Jogjakarta (Pagodja) melakukan aksi damai di depan kantor Gojek di Umbulharjo, Yogyakarta pada Kamis (24/3/2022).
Mereka menuntut manajemen Gojek untuk mengembalikan tarif minimal dari Rp6.400 ke Rp8.000 serta level platinum, gold, silver dan basic dihilangkan untuk dikembalikan pada insentif lama.
Sementara itu, ratusan pengemudi ojek online demonstrasi di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (7/3/2022).
Humas Asosiasi Driver Online (ADO) Astrid Jovanka mengatakan pengemudi ojek online menuntut perubahan tarif dari aplikator. "Tarif ini sebetulnya sudah polemik lama dari tahun ke tahun, dari dulu sampai sekarang," tegasnya.
Di mengungkapkan dari waktu ke waktu, tarif yang didapatkan pengemudi ojek online bukannya meningkat, namun malah menurun. "Yang tadinya harga Rp7.200 sekarang tarif turun menjadi Rp6.400 per 0-4 kilometer," imbuhnya.