Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti ekonomi digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut fintech wealth management tetap mempunyai pangsa pasar yang kuat dan di masa depan akan semakin banyak digunakan.
"Menurut saya ada tiga hal yang saya yakin potensinya besar terkait startup wealthtech," ujarnya, Senin (21/3/2022).
Pertama, menurut Huda, faktor penentu tumbuhnya wealthtech adalah kelas menengah yang memiliki pendapatan lebih sehingga dapat digunakan untuk investasi atau memiliki tabungan. Selain itu juga karena banyaknya kalangan generasi muda dari Gen-Z dan Milenial yang gandrung berinvestasi.
Faktor kedua menurut Huda adalah makin banyaknya perusahaan yang melantai di bursa saham pada masa mendatang, terutama perusahaan teknologi. Adapun faktor ketiga adalah perkembangan teknologi yang sangat pesat, makin memudahkan orang untuk bertransaksi dan berinvestasi.
Adapun menurut laporan CB Insights yang diterbitkan 8 Maret 2022 lalu, pada kuartal/IV 2021 pendanaan startup wealth tech di seluruh dunia naik 156 persen (YoY) dan menyentuh angka $14,6 miliar.
Menurut siaran pers PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) 30 Desember 2021 Total jumlah investor di pasar modal Indonesia per 29 Desember 2021 telah meningkat 92,7 persen menjadi 7,48 juta investor dari sebelumnya 3,88 juta investor per akhir Desember 2020. Secara khusus, pertumbuhan investor ritel pada tahun 2021 ditopang oleh kalangan Milenial (kelahiran 1981-1996) dan Gen-Z (kelahiran 1997 – 2012) atau rentang usia ≤ 40 tahun sebesar 88 persen dari total investor ritel baru (per November 2021).
Usia investor pasar modal Indonesia yang didominasi generasi Milenial dan Gen-Z menjadi salah satu alasan maraknya pengembangan serta proses digitalisasi di pasar modal selama beberapa waktu terakhir. Peran platform financial technology (fintech) makin penting untuk investasi di pasar modal.
Hal ini dibuktikan dengan data KSEI bahwa lebih dari 73,99 persen investor memiliki rekening investasi di selling agent fintech. Jumlah volume transaksi subscription oleh selling agent fintech mendominasi transaksi Reksa Dana dengan peningkatan sebesar 125 persen dari 8,08 juta pada tahun 2020 menjadi 18,23 juta per 28 Desember 2021.
Adapun menurut survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) terhadap 5.204 responden di Indonesia pada 6-12 September 2021 menyebut, untuk basis responden generasi Y atau 23 - 38 tahun (2.862 responden), 31,3 persen menyebut investasi sebagai kebutuhan rutin bulanan. Adapun 5,6 persen menempatkan investasi sebagai salah satu dari 3 kebutuhan dengan alokasi terbesar.
Sementara itu, 66,7 persen responden menilai penting untuk memiliki investasi dan 77,4 persen mengatakan ketiadaan dana sebagai alasan utama untuk tidak berinvestasi.
Untuk pembagian jenis investasi, sekitar 14,5 persen responden berinvestasi di pasar saham, 7,2 persen reksadana, dan 5,7 persen forex trading.