Bisnis.com, JAKARTA - Bulan purnama bulan Maret menandai akhir musim dingin yang telah lama ditunggu-tunggu.
Pada hari Jumat 18 Maret waktu AS dan 19 Maret WIB akan muncul di langit bulan purnama pada pukul 3:18 pagi EDT, hanya dua hari sebelum ekuinoks musim semi.
Bulan purnama secara teknis berlangsung hanya sesaat, ketika bulan, matahari dan Bumi berbaris, dalam urutan itu, pada garis 180 derajat yang tidak terlihat, menurut NASA.
Namun, bulan akan tampak cerah dan penuh bagi pengamat langit selama hampir tiga hari, dari Rabu malam (16 Maret) hingga Sabtu pagi (19 Maret).
Bulan Maret memiliki banyak nama tradisional, menurut Almanak Petani Maine, yang mulai menerbitkan nama bulan asli Amerika untuk setiap bulan dalam setahun yang dimulai pada 1930-an.
Bagi suku-suku Utara, Bulan Maret adalah Bulan Gagak referensi untuk suara gagak yang menandakan akhir musim dingin atau Bulan Kerak, dinamai karena lapisan salju yang masih ada di tanah di lintang utara yang dingin.
Suku yang tinggal di antara pohon maple menyukai nama Sap Moon atau Sugar Moon, karena awal musim semi adalah waktu untuk menyadap pohon maple untuk sirup manis mereka, menurut NASA.
Lebih jauh ke selatan, suku-suku asli Amerika menyebut bulan purnama bulan Maret sebagai Bulan Cacing, karena salju yang mencair sering kali memperlihatkan kumpulan cacing tanah (yaitu, kotoran cacing kaya nutrisi yang terbuat dari tanah yang dicerna).
Siapa pun yang bangun lebih awal untuk melihat bulan purnama itu, juga dapat disuguhi prosesi planet. Menurut NASA, Venus, Saturnus, dan Mars akan terlihat di dekat cakrawala sekitar pukul 6:17 pagi EDT. Untuk detail yang tepat tentang cara menemukan tetangga selestial kita, lihat posting blog NASA tentang topik tersebut.