Bisnis.com, JAKARTA - Konflik di Eropa dinilai sebagai peluang bagi startup Indonesia untuk menarik perhatian investor global. Meskipun begitu, saat ini para investor masih melihat dan menunggu situasi, sehingga tidak akan gegabah mengubah haluan investasinya ke wilayah lain secara tiba-tiba.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut, dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina tentu akan sangat mengkawatirkan bagi para investor startup di wilayah tersebut.
"Dengan itu, agar mereka [startup] bisa bertahan tentu harus mencari pangsa pasar di luar Ukraina," ujarnya, Senin (14/3/2022).
Menurut Edward, kondisi tersebut dapat menjadikan Asia Tenggara sebagai fokus baru bagi investor global untuk mengucurkan dananya. "Prusahaan rintisan Asia dan khususnya Asia Tenggara memang sudah menjadi fokus para investor sejak beberapa tahun terakhir, terkait alokasi dana bisa saja menjadi target fokus baru para investor," ujarnya.
Edward mengatakan, peran proaktif dari pemerintah dan swasta untuk menggaet fokus investasi ke Indonesia tentu menjadi penting melihat momentum yang terjadi di Eropa.
Sekertaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menyebut, konflik yang terjadi di Eropa tidak akan serta-merta berdampak terhadap tren pendanaan startup.
"Menurut saya ini tidak akan berdampak secara langsung, karena peristiwanya baru terjadi kurang lebih 2 minggu, jadi semua masih menunggu dan melihat," ujarnya.
Menurutnya, investasi di startup merupakan langkah jangka panjang, sehingga para investor tidak akan gegabah untuk mengambil keputusan secara terburu-buru. Terlebih dana yang dikelola tidak sedikit.
Menurut laporan International Data Corporation ( IDC ) pada 7 Maret 2022 lalu, invasi Rusia ke Ukraina serta respon diplomatik dan ekonomi yang dihasilkan telah mempengaruhi pasar teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
IDC menjelaskan, skenario geopolitik yang berkembang akan mempengaruhi permintaan TIK global dalam beberapa bulan dan tahun mendatang. Survei Quick Pulse IDC Global CIO yang baru menemukan, lebih dari setengah responden akan meninjau ulang atau mempertimbangkan rencana pengeluaran teknologi mereka pada 2022, dengan 10 persen responden akan menyesuaiksn ulang rencana investasi TIK mereka.
Sementara itu, IDC memperkirakan adanya penurunan tajam untuk belanja TIK di Rusia dan Ukraina. Untungnya permintaan dari kedua negara tersebut bila digabungkan hanya menyumbang 5,5 persen dari semua pengeluaran TIK di Eropa dan 1 persen di seluruh dunia.
Namun, pada saat yang sama, kemungkinan dampak krisis terhadap perdagangan, rantai pasokan, arus modal, dan harga energi akan menghasilkan konsekuensi negatif baik bagi pasar TIK regional maupun dunia.
Sementara itu, menurut IDC, sebelumnya ada lebih dari 100 perusahaan global telah mendirikan anak perusahaan di Ukraina dan lebih banyak lagi yang beroperasi di Rusia. Konflik telah menggusur puluhan ribu pengembang di Ukraina dan menyebabkan relokasi beberapa layanan perusahaan di kedua negara.
Hal itu, menurut catatan IDC, membuat rencana ekspansi dan investasi di masa depan, perlu dievaluasi kembali sehubungan dengan konflik tersebut.
Adapun, menurut laporan Crunchbase yang dirilis 5 Januari 2022 lalu menyebut, pada 2021 total investasi perusahaan modal ventura global mencapai US$643 miliar. Dari angka tersebut, investasi di Eropa sebesar US$116 miliar, lebih kecil dari keseluruhan investasi di Asia yang sebesar US$165 miliar.