Sejarah Hari Ini: Amerika Uji Coba Nuklir Kekuatan 1.000 Kali Bom Hiroshima

Hendri T. Asworo
Selasa, 1 Maret 2022 | 11:04 WIB
Senjata nuklir memiliki daya ledak ribuan kalilipat dibandingkan dengan bom berbahan baku TNT./8pmprimetimenews.com
Senjata nuklir memiliki daya ledak ribuan kalilipat dibandingkan dengan bom berbahan baku TNT./8pmprimetimenews.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pada hari ini 68 tahun lalu, 1 Maret 1954, Amerika Serikat melakukan uji coba hulu ledak nuklir, Castle Bravo, di Bikini Atoll, Kepulauan Marshall. Kekuatan bom ini lebih dari 1.000 kali lipat bom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, 1945.

Seperti dikutip dari berbagai sumber, uji coba tembakan Bravo itu adalah tes pertama Operation Castle, serangkain tes termonuklir Amerika sebagai ajang unjuk kekuatan dengan Uni Soviet pasca Perang Dunia II.

“Ledakan itu [Castle Bravo] lebih dari 2,5 kali lebih besar dari yang diperkirakan dan menyebabkan tingkat kejatuhan dan kerusakan yang jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan para ilmuwan,” demikian seperti dikutip www.atomicheritage.org, Selasa (1/2/2022).

Ledakan Castle Bravo menghasilkan 15 megaton TNT, dan melepaskan sejumlah besar puing radioaktif ke atmosfer yang jatuh lebih dari 7.000 mil persegi. Ledakan itu mengakibatkan kontaminasi radioaktif dari penduduk Atol terdekat, prajurit AS, dan awak kapal nelayan.

Bom nuklir itu meledak pada pukul 06.45 waktu setempat. Beberapa detik setelah ledakan, awan jamur selebar empat setengah mil terbentuk. Bahkan, ketinggian ledakan mencapai 130.000 kaki.

Ledakan tersebut meninggalkan kawah di dasar laut dengan diameter 6.500 kaki dan kedalaman 250 kaki. “Castle Bravo kira-kira 1.000 kali lebih kuat daripada bom atom ‘Little Boy’ yang diledakkan di Hiroshima.”

Sejarah Hari Ini: Amerika Uji Coba Nuklir Kekuatan 1.000 Kali Bom Hiroshima

Uji coba hulu ledak nuklir, Castle Bravo di Bikini Atoll, Kepulauan Marshall, Amerika, pada 1 Maret 1954. Dampak ledakan terasa hingga 7.000 mil./www.atomicheritage.org
 

Setelah ledakan, angin menyebarkan partikel radioaktif ke timur. Tidak hanya Pulau Atoll yang terdampak, ada Rongelap, Utirik, dan Ailinginae. Pelaut AS yang mengamati tes dan prajurit yang ditempatkan di Rongerik Atoll juga terkena radiasi.

"Kira-kira lima jam setelah ledakan, mulai turun hujan radioaktif di Rongelap. Dalam beberapa jam, Atoll ditutupi dengan zat halus, putih, seperti bubuk. Tidak ada yang tahu itu adalah kejatuhan radioaktif. Anak-anak bermain di 'salju'. Mereka memakannya."

Pemerintah Amerika kemudian mengevakuasi penduduk Rongelap dua hari setelah tes. Mereka dipindahkan ke Majuro, ibu kota Kepulauan Marshall.

Penduduk kembali ke rumah pada 1957. Namun, Kembali dievakuasi oleh kapal Greenpeace Rainbow Warrior pada 1985 karena kekhawatiran tentang tingkat radiasi yang masih ada.

Karena pengaruh cuaca, dampak radioaktif Castle Bravo hingga ke sejumlah negara. Jejak bahan radioaktif ditemukan di Jepang, India, dan Australia, dan beberapa bagian Eropa serta Amerika Serikat.

Dampak Pada Penduduk Marshall

Setelah sepekan dilakukan tes, AS meluncurkan studi medis tentang efek radiasi pada penduduk pulau dan memberikan perawatan medis kepada orang-orang yang terpapar.

“Orang Marshall diberitahu bahwa mereka sedang dirawat karena berbagai penyakit mereka, tetapi tidak ada penerjemah yang hadir untuk menjelaskan tes apa yang sedang dilakukan atau untuk tujuan apa. Orang Marshall diberi pil untuk diminum tanpa penjelasan yang menyertai mengapa mereka harus meminumnya.”

Pada 2010, para ahli dari National Cancer Institute melaporkan bahwa sebanyak 1,6 persen dari semua kanker--kira-kira 170 kasus, di antara penduduk Kepulauan Marshall yang hidup antara 1948 dan 1970.

Sejarah Hari Ini: Amerika Uji Coba Nuklir Kekuatan 1.000 Kali Bom Hiroshima

Ilustrasi jarak ledakan bom atom Castle Bravo./www.atomicheritage.org

Orang Marshall yang tinggal di Atol Utara, termasuk Rongelap dan Utirik, menerima dosis radiasi tertinggi. Di Rongelap, mereka memproyeksikan 55 persen dari semua kanker mungkin dikaitkan dengan paparan radiasi.

Pemerintah Amerika telah mengucurkan dana sekitar US$604 juta kepada penduduk Atol dan komunitas yang terkena dampak. Biaya itu termasuk perawatan medis, perawatan kesehatan, upaya dan investasi rehabilitasi pulau, dan dana pemukiman kembali. AS pun mengklaim membentuk dana perwalian dengan kompensasi US$150 juta.

Konsekuensi dari Castle Bravo

Amerika bukan satu-satunya negara yang melakukan pengujian atmosfer selama ini. Pun bukan satu-satunya yang melakukan pengujian di wilayah teritorialnya.

Uni Soviet menguji bom atom pertamanya pada 1949 di Kazakhstan, dan melanjutkan untuk menguji di Uzbekistan, Turkmenistan, dan Ukraina.

Pengujian lebih lanjut dilakukan oleh Inggris di Australia dan Samudra Pasifik mulai1952. Kemudian, Prancis di Aljazair dan Pasifik Selatan mulai 1960.

Namun dari uji coba itu, Castle Bravo yang memicu reaksi keras di seluruh dunia, terutama dampaknya terhadap atmosfer. Reaksi terhadap tes tersebut menunjukkan pengaruh opini publik yang berkembang terhadap kebijakan nuklir.

Pada 1955, Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk Komite Ilmiah tentang Efek Radiasi Atom, dengan mandat untuk menilai dan melaporkan tingkat dan efek paparan radiasi. Sejak itu, UNSCEAR mengeluarkan laporan rutin kepada Majelis Umum PBB.

Pada akhirnya, Castle Bravo juga terbukti menjadi pendorong Perjanjian Larangan Uji Coba Terbatas 1963 antara AS, Inggris, dan Uni Soviet. Mereka melarang uji coba nuklir di atmosfer, di bawah air, dan di luar angkasa. Untuk melihat video bom atom Castle Bravo bisa klik di sini: Uji coba Castle Bravo 1954 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Hendri T. Asworo
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper