Manajemen Risiko Dibutuhkan Dalam Pelibatan Airbus di Pembuatan Satria-2

Rahmi Yati
Selasa, 1 Maret 2022 | 00:57 WIB
Stasiun bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Stasiun bumi Satelit Satria./ Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Penyiapan manajemen risiko yang mumpuni dinilai diperlukan dalam pembangunan proyek Satelit Republik Indonesia atau Satria-2 yang akan dilakukan lewat kerja sama dengan pemerintah Inggris dan Airbus lewat pembiayaan UK Export Financing.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai rencana kerja sama tersebut cukup menarik. Pasalnya Airbus Defence and Space memiliki rekam jejak yang baik dalam membangun satelit.

"Di awal tahun ini saja sudah banyak pesanan juga. Menariknya, bisa satu paket antara satelit dan kendaraan transportasi satelit menuju orbit," ujarnya, Senin (28/2/2022).

Menurutnya setiap perusahaan yang mengembangkan satelit memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka dari itu, yang terpenting adalah satelit selesai tepat waktu, sukses diluncurkan menuju orbit, dan dapat diandalkan secara jangka panjang.

Dia pun menyoroti banyaknya perusahan besar yang terkendala dalam memenuhi tenggat waktu pembuatan satelit, bermasalah dalam peluncuran hingga gagalnya satelit mencapai orbit.

“Bahkan ada pula yang di tengah jalan terkendala dan tidak bisa beroperasi dalam jangka lama,” lanjutnya.

Untuk itu, Heru meminta agar pemerintah memiliki manajemen risiko usai menunjuk pihak yang membangun Satria-1 dan Satria-2..

"Sebab, proses dari pesan satelit sampai diluncurkan butuh waktu dua tahun lebih, sehingga kalau gagal kan pasti akan berdampak pada rencana layanan yang akan diberikan satelit-satelit tersebut," imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate akhir pekan lalu menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste H.E. Owen Jenkins.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, Johnny dan Duta Besar Owen Jenkins membahas kerja sama Satria-2 yang akan dibangun Airbus lewat pembiayaan UK Export Financing.

Menurut Johnny, Satria-2 telah masuk dalam Green Book Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sehingga skema yang dilakukan dimungkinkan melalui direct lending ke pemerintah Indonesia.

"Untuk itu, dokumen-dokumen pembiayaannya nanti akan dibicarakan antara UK Export Financing dengan Kementerian Keuangan karena hal ini untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Inggris,” ucap Johnny dalam siaran pers, Jumat (25/2/2022).

Sementara itu, untuk progres pembangunan Proyek Satelit Multifungsi (SMF) Indonesia Raya 1 (Satria-1) hingga saat ini sudah mencapai 58,2 persen. Saat ini, satelit tersebut masih dalam proses pabrikasi di Cannes, Prancis yang dikerjakan oleh Thales Alenia Space dan diharapkan mulai beroperasi pada akhir 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper