Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu startup tekfin Investree, mengklaim adanya tren positif pada bisnisnya setelah melakukan ekspansi ke luar negeri.
Co-Founder & CEO Investree Indonesia dan CEO Investree Regional Adrian Gunadi menyebut, perusahaannya saat ini sudah berekspansi ke luar negeri yaitu Filipina dan Thailand. Pada awal 2021, Securities and Exchange Commision (SEC) di kedua negara tersebut resmi memberikan lisensi kepada Investree untuk beroperasi di Filipina dan Thailand.
"Dengan pencapaian ini, pada 2022 kami berfokus untuk terus meningkatkan produk dan layanan yang ditawarkan kepada pelaku UKM regional agar dapat memenuhi kebutuhan mereka di masing-masing negara yang secara karakteristik mirip dengan di Indonesia," ujarnya, Senin (21/2/2022).
Andrian menjelaskan, sejauh ini Investree Philippines menyediakan dua jenis produk, Invoice Financing dan Purchase Order Financing. Sementara itu Investree Thailand menawarkan Invoice Financing dan Amortizing Payment/Term Funding.
Agar dapat mengakselerasi pengetahuan tentang pasar dan ekosistem, dia melanjutkan, Investree fokus melangsungkan kolaborasi dengan rekanan lokal di Filipina dan Thailand.
Beberapa perusahaan ternama yang sudah bekerja sama seperti Pantavanij (platform e-procurement dan B2B marketplace terdepan di Thailand), 2C2P (penyedia payment gateway), dan FlowAccount (penyedia perangkat lunak solusi penagihan dan akuntansi online untuk bisnis kecil, wirausaha, dan pekerja lepas).
Adapun di Filipina, Filinvest Development Corporation menjadi mitra utama Investree dalam mengoperasikan Investree Philippines.
Menurut Andrian, secara garis besar, target perusahannya pada 2021 sudah hampir tercapai karena pada akhir tahun laki terdapat kenaikan jumlah permintaan pinjaman sebanyak 30-40 persen (di Indonesia sendiri) dibandingkan priode sebelumnya.
"Dengan itu, menghadapi 2022, kami sangat optimis dapat menghadirkan lebih banyak inovasi yang mampu membuat UKM makin berdaya dan tumbuh semakin solid," ujarnya.
Dia menjelaskan, Investree Philippines saat ini akan berfokus pada kerja sama dengan Andremere Holding Corp. dan Netbank, Inc (sejenis bank rural di Filipina). Adapun di Indonesia, akan menguatkan kolaborasi strategis dengan berbagai entitas seperti BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Jago, Bank BJB, BPR Lestari, BPR Supra Artapersada, Saison Modern Finance, dan Accial Capital.
Andrian mengatakan, Investree baik di Indonesia, Filipina, maupun Thailand mempunyai skema pembiayaan utama yaitu pembiayaan rantai pasok (supply chain financing). Sehingga produk-produk yang dhadirkan merupakan turunan dari skema tersebut, sifatnya produktif dengan target pelaku usaha kecil dan menengah.
Sama seperti di Indonesia, Invoice Financing menjadi produk unggulan di masing-masing negara. Sementara itu Investree Philippines menyediakan 2 (dua) jenis produk yaitu Invoice Financing dan Purchase Order Financing.
Investree Thailand menawarkan Invoice Financing dan Amortizing Payment/Term Funding yang mana sebetulnya hampir mirip dengan Purchase Order Financing.
Invoice Financing merupakan pinjaman modal kerja yang ditujukan kepada UKM-UKM berkembang yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan-perusahaan besar (kalau di Indonesia) seperti BUMN, terbuka, multinasional, dan lembaga pemerintahan.
Menurut Adrian, UKM yang membutuhkan pembiayaan bisa menjaminkan tagihan sedang berjalan mereka atas sebuah perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari lender. Tagihan atau invoice tersebut kemudian akan menjadi dasar peminjaman dan dibayarkan oleh klien peminjam yang disebut dengan Payor.
Sementara itu, Purchase Order Financing atau Term Funding merupakan suatu opsi pembiayaan untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan usaha mereka. Purchase Order Financing memiliki banyak kesamaan dengan pinjaman jangka pendek.
Bedanya, Purchase Order Financing digunakan untuk membayar produksi barang yang ditentukan dalam Purchase Order. Pemohon pinjaman Purchase Order tidak dapat menggunakan dana tersebut untuk melakukan pembayaran lainnya.
Sebagai informasi, Investree Indonesia hingga Januari 2022 berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman sebesar Rp14,78 triliun, naik hampir 80 persen secara year-on-year (YoY) dari tahun lalu. Adapun 30 persen diantaranya berasal dari ekosistem kerja sama digital yang dilakukan oleh Investree dengan berbagai rekanan.
Sementara nilai pinjaman tersalurkan adalah sebesar Rp9,68 triliun. Dari segi angka pemberi pinjaman dan peminjam (per Q3 2021), tercatat sudah ada 47 ribu Lender dan 7 ribu Borrower yang tergabung di Investree (angka kumulatif).
Angka tersebut naik sebesar 46 persen (YoY) dari tahun lalu, di samping itu, kontribusi Investree terhadap industri fintech lending di Indonesia juga nyata. Pinjaman outstanding Investree berkontribusi sebesar 8,3 persen terhadap pinjaman outstanding produktif negara. Per Januari 2022, TKB90 Investree adalah 99,37npersen.
Adrian mengatakan, selama resmi beroperasi sebagai platform crowdfunding yang berhasil mendapatkan izin dari Securities and Exchange Commision di negaranya, Investree Thailand telah menyalurkan fasilitas pinjaman mencapai THB246,7 juta, dengan pinjaman yang telah dikembalikan mencapai THB119,1 juta (pinjam meminjam dikatakan sukses).
Pinjaman ini tersalurkan kepada total 170 pelaku UKM di Thailand dengan hasil rata-rata 11,4 persen. Adapun di Filipina, platform crowdfunding Investree Philippines memiliki 88 pelaku UKM dan 3 Investor.
Investree di Filipina per Desember 2021, telah menyalurkan 110 pembiayaan dengan total PHP 186,33 juta. Tiga Investor yang dimaksud di atas antara lain Singco Pte Ltd, Andremere Holding Corp., dan Netbank.
Baik Investree Philippines maupun Investree Thailand, menurut Adrian, secara konsisten dan berkelanjutan akan memanfaatkan kekuatan teknologi dan data untuk berkembang dan menggunakan model penilaian risiko mumpuni.
Langkah itu diharapkan membantu dan mempercepat proses penilaian kredit pada platform kami. Investree Regional akan terus berinovasi pada kemampuan ini agar dapat membantu lebih banyak pegiat UKM di Indonesia, Filipina, dan Thailand dari segi finansial.