Bisnis.com, JAKARTA – Kecepatan internet Indonesia yang terendah dibandingkan dengan negara-negara lain dinilai sebagai tanda bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia masih sebatas retorika.
Dana besar yang digelontorkan selama ini untuk membangun infrastruktur digital belum memperlihatkan hasil yang maksimal.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan laporan Speedtest mengenai kecepatan internet Indonesia memperlihatkan pembangunan internet di Indonesia masih sebatas retorika dan tidak memperlihatkan kondisi sebenarnya di lapangan.
Pemerintah Indonesia membutuhkan upaya strategis yang lebih nyata agar kecepatan internet Indonesia meningkat, merata, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia.
“Seperti kita sudah membangun jalan tol internet, yang secara selintas benar sudah membangun, tetapi itu tidak cukup dan kurang nendang bila dilihat hasil speedtest yang rendah dibanding negara lain,” kata Heru, Minggu (13/2/2022).
Speedtest Global Index menyebutkan per Desember 2021, rata-rata kecepatan unduh internet bergerak Indonesia hanya 15,44 Mbps. Sebaliknya, kecepatan unggah sebesar 9,16 Mbps dan latensi 28 ms.
Dengan torehan tersebut, Indonesia menjadi negara yang paling lemot dalam hal rata-rata kecepatan internet di Asia Tenggara. Indonesia tertinggal dari Kamboja dan Laos. Masing-masing negara memiliki kecepatan internet sebesar 16,37 Mbps dan 24,29 Mbps.
Kemudian Malaysia sebesar 25,19 Mbps, Thailand sebesar 32,08 Mbps, Vietnam sebesar 35,20 Mbps, dan Singapura 63,51 Mbps.
Sementara itu untuk kecepatan internet tetap, Indonesia menempati urutan ke-114 atau turun tiga peringkat dengan kecepatan unduh rata-rata sebesar 20,22 Mbps.
Heru berpendapat isu mengenai kecepatan internet tidak hanya menjadi perhatian pemerintah Indonesia, tetapi juga negara lain. Hanya saja negara lain mungkin bekerja lebih keras dibanding Indonesia dalam meningkatkan kualitas internet di negara mereka.
“Negara lain tidak beretorika tetapi dijalankan langsung,” kata Heru.
Heru mengatakan dengan waktu 2 tahun yang tersisa, kabinet periode kedua Presiden Joko Widodo harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan kerja lebih keras membangun infrastruktur digital di Tanah Air.
Sementara itu, Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (Idiec) Ariyanto A. Setyawan berpendapat rendahnya posisi Indonesia dalam hal kecepatan internet disebabkan oleh jumlah operator seluler di Indonesia yang terlalu banyak.
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, kata Ariyanto, jumlah operator seluler hanya sekitar tiga operator seluler.
Dengan jumlah yang sedikit maka pemanfaatan spektrum frekuensi sebagai sumber daya alam yang terbatas menjadi maksimal.
“Jumlah operator mempengaruhi kecepatan internet yang diberikan,” kata Ariyanto.
Tidak hanya itu, Ariyanto juga berpendapat meski secara kecepatan internet lebih rendah, Indonesia memiliki jaringan internet yang lebih merata jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Keterhubungan jaringan internet di Indonesia cukup tinggi, jika dibandingkan dengan Negeri Paman Sam.