Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Healthtech Indonesia menilai penggunaan teknologi virtual reality (VR) akan semakin marak digunakan oleh industri kesehatan. Pemanfaatan teknologi tersebut akan dimulai dari pendidikan tenaga kesehatan.
Ketua Asosiasi Healthtech Indonesia (AHI) Gregorius Bimantoro menyebut, teknologi VR dan augmented reality (AR) mulai banyak digunakan di ekosistem kesehatan, termasuk pendidikan dan industri kesehatan.
“Sudah digunakan di institusi pendidikan, seperti di Universitas Indonesia dan ke depan akan semakin banyak digunakan,” ujarnya, Minggu (23/1/2022).
Menurutnya, teknologi VR dan AR dapat membantu pemahaman ruang dan melakukan simulasi bagi para akademisi di bidang kesehatan sebelum melangkah ke praktik di lapangan.
Akan tetapi, kata dia, teknologi tersebut tidak mampu menggantikan secara keseluruhan proses belajar, karena tetap diperlukan praktik nyata di lapangan.
“Ini untuk tahap awal hingga menengah saja, untuk pengantar dan pemahaman awal sebelum menggunakan maneken,” ujarnya.
Dia menjelaskan, saat ini teknologi VR juga sedang digunakan oleh kalangan dokter spesialis syaraf, sebagai salah satu layanan tambahan bagi pasien yang takut saat menerima prosedur kesehatan tertentu, seperti saat menerima suntikan vaksin Covid-19.
Teknologi VR tersebut pun diharapkan mampu mengalihkan rasa sakit dan takut dari pasien, sehingga memudahkan prosedur kesehatan yang sedang dijalankan.
Gregorius juga menjelaskan, ke depan industri healthtech akan berkolaborasi dengan industri VR dan AR untuk menghadirkan sebuah layanan baru bagi para konsumen.
Namun, yang perlu dilakukan saat ini adalah menambah jumlah perangkat VR dan AR di dunia pendidikan agar lebih banyak dikenal, serta digunakan oleh para tenaga kesehatan.
“Dimulai dari pendidikannya, untuk pelatihan dasar, bahkan nanti bisa untuk simulasi operasi,” katanya.