E-Commerce Dulang Cuan, UMKM Kecipratan?

Ahmad Thovan Sugandi
Rabu, 5 Januari 2022 | 08:31 WIB
Ilustrasi belanja online/Istimewa
Ilustrasi belanja online/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – E-commerce dinilai harus lebih memperbanyak layanan bagi mitra UMKM agar tidak sekadar membawa UMKM ke ranah digital.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura menyebut e-commerce selama ini belum secara langsung membantu UMKM.

"Platform e-commerce ini seperti pasar, persaingan bebas, semua produk jadi satu. Kalau UMKM tidak dibekali dengan layanan yang menyeluruh ya tidak ada efeknya," ujarnya, Selasa (4/1/2022).

Menurut Tesar, e-commerce harus memberikan panduan dan konsultasi terkait pemasaran atau promosi. Langkah tersebut dilakukan agar tidak sekedar memasukkan UMKM ke dalam platform digital. Dia mengatakan untuk saat ini dibutuhkan platform digital dengan ekosistem yang lebih spesifik. 

"Para e-commerce harus bikin platform khusus untuk para produk UMKM. Misalnya kosmetik atau makanan, harus ada sendiri dan UMKM yang masuk harus dibekali," ujarnya 

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut pasar UMKM memang sangat menggiurkan bagi startup digital.

"Sekitar 99 persen usaha kita merupakan UMKM, 65 juta pelaku UMKM di Indonesia dan sebagian dari mereka adalah pelaku usaha tradisional," ujarnya.

Menurut Huda, selain karena ingin membantu UMKM, urusan cuan juga menjadi faktor industri digital mengincar pasar UMKM.

Dengan menjangkau 10 persen saja dari keseluruhan UMKM, artinya dagang el mampu menjangkau 6,5 juta pengguna. Hal itu bisa meningkatkan nilai valuasi platform digital tersebut.

Terkait kelengkapan layanan, menurutnya, harus mengacu ke kebutuhan UMKM. Huda mengatakan ada tiga masalah terbesar UMKM. 

Huda menyebut permasalahan pertama adalah pembiayaan. UMKM sulit untuk mendapatkan pembiayaan terutama dari perbankan. 

Hanya 6 persen pelaku UMKM yang bisa menyerap kredit perbankan. Paling banyak modal dari individu (bank rentenir atau keluarga).

"Untuk itu banyak fintech lending ataupun fintech permodalan yang menyasar pelaku UMKM karena mereka akan lebih mudah menyerap pinjaman dari pinjol atau permodalan selain perbankan," ujarnya.

Masalah kedua adalah masalah pembukuan sehingga akan berpengaruh terhadap pembiayaan. Jika tidak ada pembukuan dari UMKM, maka para pelaku akan kesulitan mengakses pinjaman perbankan. 

Masalah ketiga adalah pemasaran produk. Para UMKM masih membutuhkan media pemasaran yang lebih efektif. 

"Untuk itu banyak e-commerce atau layanan pesan antar makanan yang menyasar ke UMKM, termasuk layanan konsultasi strategi pemasaran," ucapnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper